Simpang tersebut menjadi favorit bagi gepeng untuk melakukan kegiatan mengemisnya dan ditemukan satu orang bukan warga Kota Bengkulu.
“Satu orang dari kabupaten empat lawang, masih berkoordinasi dengan pemerintah setempat, untuk dikembalikan ke daerahnya,” terang Sahat.
Sementara itu, Koordinator PKH kota Bengkulu, Piriadi membenarkan terdapat satu pengemis yang diamankan merupakan penerima bantuan PKH.
“Salah satunya memang dia masuk penerima PKH di Kota Bengkulu, yang seharusnya sudah mendapatkan bantuan,” ungkap Piriadi.
Ia menjelaskan, bantuan PKH ini banyak jenisnya. Mulai dari bantuan untuk anak SD, bantuan sosial BNPT dan juga penerima bantuan sembako yang diselenggarakan Kementerian Sosial.
BACA JUGA:Susun Rencana Pembangunan Bengkulu Tengah 2025, Musrenbangcam Dimulai
BACA JUGA:Disiapkan Anggaran Rp 1 Miliar, Perbaiki 50 Rumah Tidak Layak Huni
“Kalau dihitung, dalam satu tahun, PKH tersebut menerima bantuan sekitar Rp6 juta lebih, dan harusnya cukup,” tutupnya.
Sebelumnya juga, Dinsos Kota Bengkulu bersama Satuan Tugas Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bengkulu menggelar razia Rabu malam (13/12).
Razia tersebut menyasar gepeng, seperti badut dan manusia silver yang kerap ditemui di persimpangan lampu merah Kota Bengkulu.
Kepada Dinsos Kota Bengkulu Sahat Situmorang mengatakan razia merupakan tindak lanjut dari laporan masyarakat.
“Kita berdasarkan laporan masyarakat. Patroli mulai pukul 20.00 WIB hingga 23.00 WIB di beberapa titik di Kota Bengkulu, ditemukan sembilan oknum yang mengemis di jalan,” sampai Situmorang.
Situmorang menjelaskan sembilan gepeng dilakukan pendataan. Diketahui dari sembilan empat diantaranya merupakan pelajar. Dinsos telah memanggil Wali sembilan badut tersebut.
BACA JUGA:Pilkada Bengkulu Utara: Arie versus Andaru, Ini Peta Kekuatan Keduanya
BACA JUGA:Pasca Pungli Oknum PP, Kades Kungkai Baru Ajukan Pengunduran Diri, Ini Alasannya
“Kita bawa mereka ke Kantor Dinsos Kota, kemudian kita lakukan pendataan mirisnya ada empat yang masih berstatus pelajar. Kita panggil orang tuanya agar tidak ada lagi aktivitas tersebut untuk diulangi,” jelas Situmorang.