Fenomena Teknologi AI, Menurutmu Memudahkan atau Mematikan Jurnalisme?

Rabu 24 Jan 2024 - 11:54 WIB
Reporter : Arie Saputra Wijaya
Editor : Fazlul Rahman

 

BENGKULU, KORANRB.ID -  Fenomena AI (Artificial Intelegence) saat ini sedang ramai di media sosial (Medsos), bahkan banyak yang menggunakannya.

Di jagat maya sering kita melihat gambar-gambar 4 dimensi yang seolah mirip dengan gambar asli (real). Gambar-gambar tersebut dibuat dengan menggunakan teknologi AI.

Salah satu promotor AI ini adalah perusahaan kenamaan yakni Microsoft, yang melahirkan inovasi melalui Bing Image Creator.

Gunanya membantu penggunanya membuat gambar cukup dengan memasukkan prompt, kemudian hasilnya akan muncul.

 

BACA JUGA:Sampah TPA Dikelola Teknologi WWP, Ada Hibah Rp 63 Miliar dari NGO

 

Bahkan terobosan Teknologi AI ini dalam setahun terakhir sudah merambah ke dunia jurnalisme.

Masih segar dalam ingatan kita bagaimana salah satu TV Nasional di tanah air pada tahun lalu memperkenalkan 3 presenter menggunakan Teknologi AI.

Dari entry point tersebut banyak pihak yang memprediksi bahwa Teknologi AI pun akan menjadi tren baru dalam industri pers tanah air dalam menghadapi era teknologi digital.

 

Tak hanya media audio visual yang saat ini memanfaatkan teknologi AI.

BACA JUGA:Adopsi Teknologi Swiss untuk Tangani Sampah Kota, Pemkot Datangkan NGO SGP

Di Indonesia bahkan beberapa media cetak dan online pun sudah mulai menggunakan teknologi AI, terutama untuk membuat ilustrasi foto guna kebutuhan berita.

Maraknya penggunaan foto AI dalam industri pers pun dikhawatirkan banyak pihak akan menggeser peran jurnalis foto di sebuah perusahaan media.

Bahkan salah satu jurnalis foto senior di tanah air, Arbain Rambey pernah mencuatkan kekhawatirannya melalui postingan media sosialnya mengenai fenomena Teknologi AI ini.

"Tak lama lagi, semua foto disentuh AI. Foto murni tanpa AI hanya digeluti pehobi", tulis mantan jurnalis foto Kompas ini di laman facebooknya.

 

BACA JUGA:Terdakwa Asrama Haji Seret Nama Baru! Sebut Sebagai Aktor Utama 

 

Di sisi lain, Peneliti Jurnalisme Digital, Dandi Supriadi, M.A. (SUT), PhD yang juga merupakan Kepala Kantor Komunikasi Publik Universitas Padjajaran (Unpad).

Dalam tulisannya mengatakan bahwa Saat ini, algortima sudah memungkinkan Teknologi AI bekerja membuat kesimpulan sendiri berdasarkan data-data yang ada.

Salah satu contohnya adalah penjelasan yang dibuat oleh aplikasi ChatGPT yang berbasis Teknologi AI.

Namun, jika dibiarkan, Teknologi AI akan berkembang menjadi logika mesin yang tidak sesuai dengan konteks logika manusia.

BACA JUGA:Pencairan ADD dan DD Terlambat, Kendala Perbup

Karena itu, Dandi mengatakan bahwa penggunaan presenter AI harus disesuaikan dengan keperluannya. 

 

“Kalau sekadar alternatif sebagai hiburan visual itu bisa. Akan tetapi menurut saya, sampai kapan pun jangan sampai hal-hal tersebut betul-betul mengurangi peran manusia di dalamnya,” tegasnya.

 

Namun ditengah fakta AI yang belakangan menjadi primadona tersebut, penulis justru berpendapat bahwa AI tidak akan bisa membunuh peran jurnalis.

Meskipun disisi lain, AI mampu mengubah wajah jurnalisme dengan menyediakan alat dan kemampuan yang bisa mengubah cara berita disampaikan, dianalisis, dan dilaporkan kepada masyarakat. 

 

Namun juga perlu dicatat bahwa AI tidak dapat menggantikan peran kritis jurnalis manusia.

BACA JUGA:Polisi Bakal Panggil Oknum Kabid Disperindagkop, Terkait Laporan Dugaan Penipuan Modus jadi Pegawai Bank

Sebaliknya, sebaiknya dilihat sebagai mitra yang berharga, memampukan jurnalis untuk melaksanakan tugas mereka dengan lebih efisien dan efektif.

 

Masa depan jurnalisme akan terbentuk melalui kolaborasi antara jurnalis manusia dan AI, bekerja bersama untuk menyajikan berita yang akurat.

Serta berwawasan luas, dan dapat diandalkan kepada audiens global yang terus berkembang. 

 

Meskipun peran jurnalis akan berkembang seiring dengan teknologi, kemampuan unik mereka untuk memberikan berita yang menarik, berinteraksi dengan narasumber, dan membuat penilaian etis akan tetap menjadi elemen penting. 

Selain itu, robot AI ini juga bisa menjadi ancaman bagi manusia dalam peluang pekerjaan. 

BACA JUGA:Waiting List Haji Sudah Tembus 23 Tahun

Ketika robot AI menjadi lebih pintar dan cekatan, tugas yang sama akan membutuhkan lebih sedikit manusia.

Meskipun AI diperkirakan akan menciptakan 97 juta lapangan kerja baru pada tahun 2025, banyak karyawan yang tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk peran teknis yang dimiliki AI. 

Kategori :