Berlangsung hampir tiga hari, sementara benih bibit padi baru saja ditanam di lahan persawahan. Dia tidak mengetahui apa penyebabnya.
“Wajar kami khawatir, karena bibit baru kami tanam. Jika tidak ada pasokan air irigasi sudah pasti ancaman gagal panen di depan mata,"sampainya.
Yondri juga membenarkan jika saat ini pasokan air irigasi sudah sampai ke lahan persawahan milikinya. Hanya saja belum terlalu lancar, baru bisa membasahi persawahan yang baru saja ditanami padi.
"Harapan kami meskipun kami agak jauh dari Bendung Air Manjunto. Bisa mendapatkan pasokan air irigasi lancar selama musim tanam ini," harapnya.
Tidak hanya petani di wilayah irigasi kanan dan kiri Bendung Air Manjunto yang kerap mengalami kendala pasokan air irigasi.
Terdapat Sekitar 120 hektare sawah di Desa Pondok Baru Kecamatan Selagan Raya sejak enam tahun terakhir terbengkalai karena tidak ada pasokan air dari irigasi.
BACA JUGA:661 Calon PPPK Bengkulu Utara Harus Perbaiki Berkas!
BACA JUGA:Potensi Ekspor, Daya Saing Obat Tradisional Ditingkatkan
"Sekitar 120 hektare sawah terbengkalai sejak pintu air Daerah Irigasi (DI) Pondok Baru mengalami rusak akibat diterjang banjir pada tahun 2016 dan 2017 lalu, hingga kini belum diperbaiki," ujar Kepala Desa Pondok Baru Suswandi.
Desa Pondok Baru ini memiliki 172 kepala keluarga dan 700 jiwa. Yang menjadi salah satu desa penyanggah kawasan berbatasan dengan kawasan hutan negara.
Baik itu Hutan Produksi (HP) dan Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS). Berkaitan dengan kerusakan irigasi ini, hampir setiap tahun mengusulkan pembangunan pintu air yang rusak kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mukomuko, namun belum juga mampu diakomodir.
"Menanam padi ini mayoritas dilakukan warga kami jika, sawah ada airnya. Semenjak pintu air rusak akibat banjir maka wajar saja jika sebagian lahan sudah berubah fungsi menjadi lahan perkebunan sawit," terangnya.
Alih fungsi lahan pangan menjadi perkebunan kelapa sawit karena warga tidak pernah mendapat kepastian lahan persawahan tersebut akan kembali dialiri air.
Dengan asumsi irigasi dan pintu air yang rusak diperbaiki terlebih dahulu.
"Warga awalnya menanam palawija di sawahnya, lalu pada tahun 2022 warga berganti menanam sawit di lahan persawahan tersebut. Hingga saat ini dari seluas 120 hektare lahan sawah hampir sebagian sudah ditanami sawit," sampainya.
Sebenarnya warga di wilayah ini lebih memilih bersawah dibandingkan sawit.