"Masyarakat juga bisa memantau informasi perkembangan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG," kata Anang.
Anang menjelaskan, dengan kondisi itu sehingga di permukaan bumi terakumulasi gelombang panjang
dan gelombang pendek dari energi matahari itu sendiri yang menyebabkan panas matahari menjadi terasa menyengat.
Kejadian ini juga di sebabkan oleh adanya gerak semu matahari yang bergerak dari arah selatan menuju ke khatulistiwa (equator) dan saat ini matahari berkedudukan hampir menuju equator.
"Seiring dengan terbentuknya awan akan terkumpul sehingga membentuk awan-awan hujan," demikian Anang.
Sementara itu, Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi juga mengimbau masyarakat Bengkulu untuk tetap waspada dimusim hujan.
Sebab, berdasarkan Analisis citra satelit sentinel oleh TIM Geographic Information System (GIS), 8.306 hektare (ha) hutan sudah hilang di Provinsi Bengkulu.
"Jika di tahun 2022 lalu, luas hutan di Provinsi Bengkulu 653.422 ha. Sementara ditahun 2023, hanya tersisa 645.116 ha. Artinya sekitar 8.306 ha hutan di Provinsi Bengkulu hilang," jelas Direktur Komunitas KKI Warsi, Adi Junedi.
Hilangnya hutan tersebut, dikatakan Adi dapat menyebabkan pengurangan kemampuan tahan dalam menyerap air hujan.
Dengan begitu, dapat meningkatkan otensi aliran permukaan tanah sehingga berisiko terjadinya banjir.
“Berkaca dari banjir yang melanda sebagian besar daerah di Sumatera, maka Bengkulu patutnya bersiaga.
Bahkan, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi, selama Januari-Maret ini, 60 Kecamatan akan terdampak banjir," katanya.
Pada analisis satelit yang dilakukan, pihaknya menyoroti juga adanya lahan terbuka, termasuk di kawasan konservasi seperti taman nasional dan hutan lindung.
Penyebabnya bervariasi, dari pembukaan lahan tambang hingga perkebunan sawit, menunjukkan kebutuhan mendesak untuk pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.
“Perubahan tutupan hutan akan berpengaruh pada berkurangnya kemampuan bumi dalam menyerap air hujan, sehingga curah hujan berpotensi menjadi aliran permukaan,” kata Adi.
Meski sebagian besar wilayah Bengkulu adalah kawasan hutan, yakni sekitar 40 persen lebih dari total kawasan Provinsi Bengkulu.