Sebagai umat Hindu, Ia menuturkan jika manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa adanya dukungan dari alam semesta.
Sehingga yang menjadi salah satu kesadaran umat Hindu adalah tentang pentingnya keberatan tumbuh-tumbuhan.
“Maka dalam Galungan ini kita berterimakasih dan memberikan penghargaan pada tumbuh-tumbuhan, bukan berarti menyembah tumbuh-tumbuhan melainkan sebagai wujud terima kasih dan penghargaan,” katanya.
BACA JUGA:Pemkab Bengkulu Utara Minta Rekrut Kembali 160 Guru PPPK
BACA JUGA:Dapat Tambahan Kuota, 206 Calon Jemaah Haji Bengkulu Utara Lunasi BPIH
Setelah perayaan Galungan kemarin, Umat Hindu Bali Bengkulu Utara akan merayakan hari raya Kuningan.
Hari Raya Kuningan dirayakan 10 hari setelah perayaan Galungan yang kemarin dirayakan.
“Sehingga memang agenda perayaan hari besar umat Hindu tahun ini cukup padat,” terangnya.
Beberapa hari setelah kuningan nanti, masyarakat Hindu Bali juga akan merayakan Hari Raya Nyepi.
Dalam peringatan hari raya nyepi juga umat hindu akan disibukan dengan beberapa agenda, termasuk kegiatan pawai ogoh-ogoh.
“Namun melihat padatnya agenda keagamaan tahun ini dan saling berdekatan, maka untuk kegiatan pawai ogoh-ogoh tetap dilakukan namun tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya,” pungkas Made.
Sekadar mengetahui, hari raya galungan bagi Umat Hindu memperingati terciptanya alam semesta yang saat ini saling saling menunjang kehidupan manusia.
Selain itu, Galungan juga untuk merayakan kemenangan dharma atau kebenaran melawan Adharma atau kejahatan.
Dalam memperingati Hari Raya Galungan, masyarakat Hindu Bali memasang semacam penjor di depan rumahnya masing-masing.
Penjor adalah hiasan dari bambu dan daun janur yang dirangkai yang menandakan jika penghuni rumah tengah merayakan Galungan.
Menurut Lontar Purana Bali Dwipa hari raya galungan pertama kali dilakukan pada hari Purnama Kapat atau Budha Kliwon Dungulan di tahun 882 Masehi atau 804 Tahun saka.