Pada saat itu, kaum Tsamud ini menyembah berhala sesuai yang dilakukan secara turun temurun dari nenek moyang mereka.
Awalnya mereka sangat menghormati Nabi Saleh karena mereka menaruh harapan pada Nabi Saleh untuk meneruskan tradisi kaum Tsamud, yaitu menyembah berhala.
Namun pada saat Nabi Saleh AS mulai menyampaikan ajakan untuk menyembah dan bertakwa kepada Allah SWT, kaum Tsamud menjadi kecewa dan murka.
BACA JUGA:Galungan jadi Ajang Introspeksi Diri Umat Hindu Bali di Bengkulu Utara
Mereka mulai memusuhi Nabi Saleh karena ia meminta untuk meninggalkan sesembahan berhala yang sudah menjadi bagian dari tradisi mereka secara turun-temurun.
Selain menyembah berhala, tabiat lainnya yang dimiliki oleh kaum Tsamud adalah angkuh dan sombong.
Mereka seringkali meremehkan dan memandang rendah kaum-kaum yang lainnya.
Bahkan mereka selalu berbuat maksiat seperti, berzina dan mabuk-mabukkan. Gaya hidup kaum Tsamud ini telah menyimpang jauh dari ajaran Allah SWT.
BACA JUGA:Seluruh Pejabat Bengkulu Utara Teken Pakta Integritas, Ini Pesan Bupati Mian
Oleh karena hal tersebutlah Allah SWT mengangkat Nabi Saleh menjadi Nabi dan ditugaskan untuk berdakwah kepada kaum Tsamud.
Ketika Nabi Saleh mulai berdakwa kepada kaum Tsamud tentang ajaran tauhid untuk menyembah Allah SWT, kaum Tsamud terbelah menjadi dua kelompok yang saling bertentangan.
Kelompok pertama mengikuti Nabi Saleh AS dipimpin oleh Junda’. Junda’ bin Amru bin Mahlab bin Lubaid bin Jawwas adalah salah satu tokoh pemuka di kaum Tsamud.
Sedangkan kelompok kedua adalah kelompok yang menentang Nabi Saleh yang dipimpin oleh Dzu’ab bin Amru bin Lubaid Al-Habbab dan Rabbab bin Sha’r bin Julmas.
BACA JUGA:Bulan Ini Juga Dana Desa Bisa Dicairkan, Berikut Daftar Desa Bakal Pencairan
Dzu’ab dan Rabbab ini bahkan menghalangi ketika Nabi Saleh AS hendak mengajak sepupunya yaitu Junda’ bin Syihab untuk mengikuti ajarannya.
Kelompok penentang yang dipimpim oleh Dzu’ab dan Rabbab berpendapat bahwa Nabi Saleh ini terkena sihir.