Ketiga, mesin bisa mogok. Bagian nozzle atau jarum penyuplai BBM yang berlubang sangat halus rawan tersumbat sulfur yang banyak terkandung pada bio solar.
Jika nozzle tersumbat, mesin mobil akan mengalami gejala batuk, bahkan tidak mau menyala karena pembakaran terhenti.
Kalau sampai kotoran menyumbat di bagian nozzle, tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan untuk perbaikannya.
BACA JUGA:Mobil Mewah Perpaduan Antara Teknologi Seni dan Inovasi, Sejarah Wajah Industri Otomotis
Bahkan untuk kasus yang parah harus dilakukan penggantian total bagian nozzle.
Jika kotoran sampai masuk ke injektor, mau tidak mau dilakukan pembongkaran mesin sehingga biaya yang harus dikeluarkan akan semakin membengkak.
Sumaryono, mekanik Bengkel Encu Curup mengatakan, boleh saja pemilik mobil bermesin diesel modern menggunakan solar dengan CN rendah.
Namun konsekuensinya pemilik harus lebih esktra melakukan perawatan yang antara lain melakukan penggantian filter solar yang lebih rutin dari biasanya.
BACA JUGA:Plafon Mobil Kotor, Begini Cara Mudah Membersihkannya di Rumah
Itupun BBM yang dipakai tidak boleh diendapkan dalam waktu terlalu lama karena sifat bio solar yang mudah busuk karena tinggi kandungan sulfur.
Namun hal itu tidak menjamin seratus persen mobil aman dari kerusakan jika terus-terusan memakai BBM dengan kadar sulfur yang tinggi.
Jika ingin lebih aman tetap disarankannya pakai bahan bakar yang direkomendasikan pabrikan.
Bahan bakar jenis solar dengan kualitas tinggi sendiri tersedia dalam berbagai merek yang salah satunya adalah pertamina dex atau bisa juga menggunakan bahan bakar bersulfur maksimal 50 ppm.
BACA JUGA:Sering Putus, Begini Cara Perawatan Fan Belt Mobil Supaya Awet
Terlebih, Indonesia telah memberlakukan aturan seluruh kendaraan komersial minimal harus berstandar Euro 4 terhitung sejak April 2022.
Untuk memenuhi standar gas buang yang ditetapkan pemerintah ada dua teknologi yang digunakan pabrikan, yaitu Selective Catalytic Reduction (SCR) dan Exhaust Gas Recirculation (EGR).