Pengaruh Kenaikkan B17DRR Relatif Terbatas di Bengkulu
BELA/RB PENJELASAN: Kepala KPW BI Provinsi Bengkulu, Darjana menjelaskan ke awak media mengenai Rapat Dewan Gubernur (RDG) dan Asesmen Regional, kemarin (9/11).--
BENGKULU, KORANRB.ID – Kepala Kantor Perwakilan Wilayah (KPW) Bank Indonesia (BI) Provinsi Bengkulu, Darjana kepada awak media, kemarin (9/11) memaparkan tentang kenaiakan BI-7 DayReverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 6 persen.
Juga soal kenaikkan suku bunga depositfacility sebesar 5,25 persen, dan suku bunga lending facility sebesar 25 bps menjadi 5,25 persen. Sementara, suku bunga lending facility sebesar 25 bps menjadi 6,7 persen.
Darjana mengatakan kenaikan tersebut untuk menjaga stabilitas baik domestik maupun global dengan memperhatikan 11 indikator makro ekonomi.
BACA JUGA: Daihatsu Berikan Edukasi Kepada Pelanggan Tentang Cat Mobil dan Perawatannya
Antara lain, perkiraan ekonomi global yang relatif melemah, lalu ekonomi Indonesia atau nasional relatif tumbuh cukup kuat, faktor eksternal neraca pembayaran yang juga cukup baik dan stabilitas sistem keuangan yang cukup kuat. "Kalau untuk Bengkulu relatif terbatas mengaruhnya," jelas Darjana.
Untuk diketahui, BI7DRR adalah kebijakan suku bunga acuan baru yang menggantikan kebijakan lama BI Rate. Instrumen BI 7-Day (Reverse) Repo Rate digunakan sebagai suku bunga kebijakan baru karena dapat secara cepat memengaruhi pasar uang, perbankan dan sektor riil.
Instrumen BI 7-Day (Reverse) Repo Rate sebagai acuan yang baru memiliki hubungan yang lebih kuat ke suku bunga pasar uang, sifatnya transaksional atau diperdagangkan di pasar, dan mendorong pendalaman pasar keuangan, khususnya penggunaan instrumen repo.
Selain itu, melalui RDG Darjana mengatakan sistem pembayaran juga mendukung sistem keuangan. Dampak beberapa inovasi kebijakan di sisi moniter adalah securitas Bank Indonesia terus berjalan sebagai intrumen kebijakan moneter.
Ditambah lagi dengan scuritas valas dan suku valas Bank Indonesia. "Ketiganya merupakan alat untuk menyerap dana masyarakat untuk memperkuat cadangan devisa," ungkapnya.
Jika dilihat dari struktur ekonomi di Bengkulu, Darjana menjelaskan 90 persen ekonomi di Bengkulu merupakan permintaan domestik. Seperti halnya permintaan konsumsi rumah tangga dan pemerintahnya sebesar 60 persen, investasi antara 20-25 persen.
"Jadi sisi eksternalnya relatif terbatas sehingga, efek dari ketidak pastian global dan indikator-indikatornya relatif berpengaruh ekonominya," katanya.
Di luar itu juga melakukan intervensi pasar melalui tripal intervention. "Dengan begitu diharapkan rupiah stabil dan dampak inflasi lebih bisa membaik," terangn