2024 Berpotensi Tercatat Sebagai Tahun Terpanas, Ini Penyebab Global Warming hingga Upaya Mitigasi

2024 Berpotensi Tercatat Sebagai Tahun Terpanas, Ini Penyebab Global Warming hingga Upaya Mitigasi--

Oleh karena itu, diperlukan tindakan kolektif dan segera untuk mengurangi emisi dan beradaptasi dengan perubahan iklim.

Pada tahun 2024, perubahan iklim dan pemanasan global menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. 

Data terbaru menunjukkan bahwa tahun ini bisa menjadi salah satu tahun terpanas yang pernah tercatat. 

Januari hingga Maret 2024 telah mencatat suhu permukaan global tertinggi dalam 175 tahun terakhir, dengan suhu 1,35°C di atas rata-rata 1901-2000.

BACA JUGA:Resmi, Pemprov Bengkulu Usulkan Kuota ASN/PPPK 2024, Berikut Penjelasannya

Hal ini terutama disebabkan oleh suhu laut yang sangat tinggi, yang memecahkan rekor di beberapa bagian dunia (NOAA NCEI) (NOAA NCEI).

Beberapa wilayah mengalami kondisi yang jauh lebih panas dari rata-rata. Misalnya, Amerika Utara mengalami Maret terpanas kesembilan dengan suhu 2,08°C di atas rata-rata. 

Kawasan Karibia mencatat Maret terpanas sepanjang sejarah dengan peningkatan suhu 1,41°C di atas rata-rata 1910-2000 (NOAA NCEI).

Selain itu, fenomena El Niño yang sedang berlangsung memberikan kontribusi signifikan terhadap anomali suhu global. 

El Nino biasanya menyebabkan peningkatan suhu laut di Samudra Pasifik, yang berdampak pada pola cuaca global, termasuk peningkatan suhu dan perubahan pola curah hujan (NOAA NCEI).

Komunitas internasional terus berupaya mengatasi dampak perubahan iklim melalui berbagai kebijakan dan inisiatif. 

Pada COP28 di Dubai, lebih dari 120 negara berkomitmen untuk melipatgandakan efisiensi energi dan memperluas penggunaan energi terbarukan dalam dekade mendatang.

BACA JUGA:Mengenal Sakarin: Pemanis yang Rasanya 300 Kali dari Manisnya Gula

Namun, untuk mencapai target ini, tindakan nyata dan percepatan implementasi diperlukan, mengingat urgensi situasi saat ini (World Wildlife Fund).

Tahun 2024 juga diprediksi akan mengalami peningkatan frekuensi dan intensitas bencana terkait iklim, seperti badai dan kebakaran hutan, yang telah menyebabkan kerugian finansial besar dan mempengaruhi komunitas di seluruh dunia. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan