8 Logika Dungu yang Sering Kita Temui Sehari-hari
PIKIRAN: Logika adalah alat yang digunakan manusia untuk berpikir secara sistematis.-foto: pixabay/koranrb.id-
Padahal, jumlah orang yang melakukan sesuatu tidak selalu menjadi ukuran kebenaran atau kualitas. Hanya karena sesuatu populer, tidak berarti hal itu benar atau efektif.
BACA JUGA:Kamu Sudah Dewasa Secara Mental, Simak Ini Tanda-Tandanya
BACA JUGA:Seblak, Sensasi Pedas yang Mengguncang Lidah, Cobain Varian Terbarunya Guys
Dalam sejarah, banyak keyakinan populer yang ternyata keliru, seperti kepercayaan bahwa bumi datar atau bahwa merokok tidak berbahaya bagi kesehatan.
3. Straw Man Argument (Argumen Orang Jerami)
Argumen orang jerami adalah ketika seseorang dengan sengaja memutarbalikkan atau menyederhanakan argumen lawannya sehingga mudah dibantah.
Misalnya, dalam perdebatan tentang pendidikan seks di sekolah, seorang yang menentangnya mungkin akan berkata, "Orang yang mendukung pendidikan seks hanya ingin anak-anak belajar tentang seks di usia muda."
Ini adalah penyederhanaan yang berlebihan dan tidak akurat dari argumen yang lebih kompleks tentang pentingnya memberikan informasi yang benar kepada anak-anak tentang kesehatan seksual.
Logika ini berbahaya karena menciptakan karikatur dari argumen yang sebenarnya, yang memudahkan lawan untuk menyerangnya tanpa harus berurusan dengan inti permasalahan.
BACA JUGA:10 Khasiat Sayur Kecipir, Bikin Wajah Kamu Awet Muda dan Kulit Glowing Abis!
BACA JUGA:6 Jurus Ninja Jepang Anti Malas, Dijamin Setelah ini Kamu Bisa Jadi Lebih Produktif!
4. Post Hoc Ergo Propter Hoc (Kesalahan Urutan Sebab-Akibat)
Logika dungu ini terjadi ketika seseorang menganggap bahwa karena suatu peristiwa terjadi setelah peristiwa lain, maka peristiwa pertama adalah penyebabnya.
Misalnya, seseorang bisa beranggapan, "Setelah saya mulai minum teh hijau setiap pagi, saya merasa lebih sehat, jadi teh hijau pasti penyebabnya."
Meskipun mungkin benar bahwa ada hubungan antara dua peristiwa tersebut, kesimpulan bahwa satu peristiwa menyebabkan yang lainnya sering kali merupakan kesalahan. Banyak faktor lain yang mungkin berperan, dan hanya karena suatu peristiwa terjadi setelah peristiwa lain tidak berarti yang pertama menyebabkan yang kedua.