Ribuan Peserta KB Beralih Kontrasepsi Tren Perubahan Penggunaan Alat Kontrasepsi
Kepala DP3PPKB Rejang Lebong, Sutan Alim, S.Sos.-foto: dok/koranrb.id-
CURUP, KORANRB.ID - Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Kabupaten Rejang Lebong, baru-baru ini melaporkan adanya tren perubahan dalam penggunaan alat kontrasepsi di kalangan peserta Keluarga Berencana (KB). Sebanyak 1.752 peserta KB memilih untuk beralih dari satu metode kontrasepsi ke metode lain dalam kurun waktu satu tahun terakhir.
Kepala DP3PPKB Rejang Lebong, Sutan Alim, S.Sos mengungkapkan saat ini jumlah total peserta KB aktif di daerah ini mencapai 34.624 akseptor yang tersebar di 15 kecamatan.
Ia mengatakan, ribuan peserta KB tersebut memutuskan untuk beralih metode kontrasepsi karena beberapa alasan, terutama setelah mereka merasa telah mencapai jumlah anak yang diinginkan.
“Perubahan ini sering kali didorong oleh saran dari para petugas KB yang menyarankan agar akseptor menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang yang lebih sesuai dengan kebutuhan mereka saat ini. Metode jangka panjang, seperti implan dan IUD, dianggap lebih praktis karena tidak memerlukan perawatan rutin yang sering diperlukan oleh metode jangka pendek seperti pil atau suntik KB,” ungkap Sutan.
Dijelaskan Sutan, keputusan untuk beralih ke metode KB lain ini bukan tanpa tantangan. Para peserta KB sering kali dihadapkan pada berbagai efek samping yang mungkin terjadi setelah pergantian metode kontrasepsi. Efek samping umum yang dilaporkan termasuk rasa kelelahan, mual, nyeri pada bagian payudara, adanya bercak menstruasi, serta peningkatan berat badan.
BACA JUGA:Oknum ASN di Rejang Lebong Dilaporkan ke Bawaslu
BACA JUGA:1 ASN Terindikasi Langgar Netralitas Diproses, Bawaslu Ingatkan Semua Paslon Tertib
Meskipun efek samping ini dianggap normal dan umum terjadi, peserta KB baru yang menggunakan metode tertentu untuk pertama kalinya mungkin merasa khawatir.
“Oleh karena itu, edukasi yang baik dari petugas kesehatan sangat penting untuk membantu para akseptor memahami bahwa efek tersebut biasanya bersifat sementara dan akan berkurang seiring waktu,” ujarnya.
Berdasarkan data yang ada, sambung Sutan, dari 1.752 akseptor yang beralih metode kontrasepsi, mayoritas memilih untuk beralih ke metode KB suntik dan implan.
Adapun rincian jumlah akseptor yang beralih ke masing-masing metode yakni KB suntik sebanyak 577 akseptor, pil KB 452 akseptor, kondom 144 akseptor, implant 468 akseptor, IUD (Intrauterine Device) 87 akseptor, dan metode Operasi Wanita (MOW) sebanyak 24 akseptor
“Meski begitu, metode KB suntik tetap menjadi pilihan populer di kalangan akseptor karena kepraktisannya. Suntikan KB biasanya diberikan setiap tiga bulan sekali dan memberikan perlindungan yang cukup lama tanpa memerlukan pemantauan harian seperti halnya pil KB. Di sisi lain, metode implan yang memberikan perlindungan hingga lima tahun juga menarik minat banyak akseptor, terutama bagi mereka yang ingin metode kontrasepsi jangka panjang dengan intervensi minimal,” beber Sutan.
BACA JUGA: Lebih dari Sekedar Hobi Mancing, Ini dia 7 Alasan Kenapa Kamu Harus Coba!
BACA JUGA:Sempat Menjadi Raksasa di Dunia Ponsel, Ini Kisah Runtuhnya Penjualan BlackBerry