Mengenal Bakteri Bacillus Cereus yang Ditemukan dalam Produk Latiao

Reporter: Fiki Susadi |

Editor: Fazlul Rahman |

Selasa , 05 Nov 2024 - 18:36

Mengenal Bakteri Bacillus Cereus yang Ditemukan dalam Produk Latiao--Fiki Susadi

mengenal bakteri bacillus cereus yang ditemukan dalam produk latiao                            koranrb.id - bakteri bacillus cereus adalah jenis mikroorganisme yang dapat ditemukan dalam berbagai produk makanan, termasuk makanan olahan seperti latiao. 
latiao adalah camilan khas tiongkok, produk makanan ini baru-baru ini menghebohkan jagak maya, pasalnya produksi diduga mengandung bakteri berbahaya. 
bahkan, sudah ada korban di beberapa daerah yang ada di indonesia. atas kasus itu, bpom saat ini melarang produk latiao beredar di pasar indonesia untuk sementara waktu.
apa itu bacillus cereus?
bacillus cereus adalah bakteri gram positif, berbentuk batang, dan bersifat aerobik atau anaerobik fakultatif. 
baca juga:6 dampak buruk dari sifat 'tidak enakan' yang harus kamu ketahui
baca juga:beracun! berikut 6 fakta boxfish, ikan dengan bentuk unik
bakteri ini dapat tumbuh dalam kondisi yang cukup luas, dari suhu rendah hingga tinggi, dan bisa bertahan hidup dalam kondisi lingkungan yang kering, seperti pada produk-produk makanan yang diawetkan. 
meskipun tidak selalu berbahaya, bacillus cereus dapat menghasilkan toksin yang menyebabkan keracunan makanan.
pada umumnya, bacillus cereus ditemukan di tanah, air, serta lingkungan sekitar dan bisa mencemari berbagai jenis makanan, terutama yang kurang higienis selama proses pengolahan atau penyimpanan. 
ketersediaannya di lingkungan ini membuatnya menjadi salah satu kontaminan yang sering terdeteksi dalam berbagai produk pangan, termasuk dalam makanan tradisional melalui proses pengolahan seperti latiao.
baca juga:geger lahan terbakar, penghuni tk aisyiyah bustanul athfal 04 dibuat panik
baca juga:22 surat suara pemilihan gubernur ditemukan rusak di bengkulu utara
bacillus cereus memiliki kemampuan untuk menghasilkan dua jenis toksin utama yang berpotensi menyebabkan keracunan makanan pada manusia, yaitu:
1. toksin enterotoksin yang ditempatkan pada saluran pencernaan
toksin ini dihasilkan oleh bacillus cereus dalam kondisi tertentu, terutama saat bakteri berkembang biak pada suhu yang tidak tepat atau penyimpanan makanan yang tidak memadai.
toksin ini dapat menyebabkan gejala diare, mual, dan kram perut setelah beberapa jam mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.
2. toksin emetik (pemicu muntah)
toksin ini sering kali dihasilkan oleh bacillus cereus pada makanan yang telah disimpan pada suhu yang tidak sesuai.
toksin ini dapat menyebabkan muntah-muntah dalam waktu singkat setelah konsumsi makanan. gejala keracunan yang disebabkan oleh toksin ini bisa muncul dalam waktu 1 hingga 6 jam setelah konsumsi.
baca juga:inilah 6 jenis motor custome yang sering di jalan raya, pernah kendarai yang mana?
baca juga:benarkah bermimpi dikejar hewan buas pertanda jodoh akan sampai? simak penjelasannya
gejala keracunan bacillus cereus
penyakit yang disebabkan oleh bacillus cereus umumnya terjadi dalam dua jenis manifestasi yang berbeda, tergantung pada jenis toksin yang dihasilkan. 
gejalanya dapat muncul dalam waktu yang cukup cepat setelah konsumsi makanan terkontaminasi, antara 1 hingga 6 jam setelah makan.
1. keracunan tipe diare.
tipe ini biasanya terjadi ketika seseorang mengonsumsi makanan yang terkontaminasi dengan enterotoksin bacillus cereus. 
gejalanya meliputi, diare, kram perut, dan mual ringan.
2. keracunan tipe emesis (muntah) 
toksin emetik yang dihasilkan oleh bacillus cereus dapat menyebabkan gejala keracunan dengan cepat, yakni antara 1 hingga 6 jam setelah mengonsumsi makanan terkontaminasi. 
baca juga:burung eksotis! berikut 7 fakta unik scarlet hooded barbet dari hutan amazon
baca juga:sering lihat gambar mural di dinding? ternyata bukan berasal dari indonesia, begini sejarahnya
gejalanya termasuk, muntah, mual, keringat dingin dan sakit perut.
bakteri bacillus cereus dapat menjadi ancaman serius terhadap kesehatan apabila tidak ditangani dengan baik dalam produk makanan olahan seperti latiao. 
walaupun tidak semua latiao mengandung bakteri ini, penting untuk memahami bagaimana bakteri ini bisa masuk ke dalam makanan, serta langkah-langkah yang perlu diambil untuk mencegah kontaminasi.