Seri Tulisan Hari Pahlawan 2024 (habis): PANGERAN ALI, DARI CAMAT PERANG SAMPAI BON PERANG
Pangeran Ali, dari camat perang sampai Bon Perang--Agustam Rahman
Oleh : Agustam Rachman,MAPS, Penulis Sejarah, Menetap di Yogyakarta.
MENJADI CAMAT PERANG.
19 Desember 1948 Belanda melanggar perjanjian renville dengan melakukan agresi ke II. Hampir semua kota-kota penting dikuasai Belanda tak terkecuali Kota Palembang.
Menyikapi hal tersebut AK. Gani selaku Gubernur Militer Sumatera Bagian Selatan mengambil tindakan menyingkir ke Curup Rejang Lebong dan menjadikannya sebagai pusat Pemerintahan Militer mencakup Jambi, Bengkulu, Lampung dan Sumatera Selatan.
Tak lama dari Curup, pemerintahan militer dipindahkan ke Muara Aman Lebong.
Terakhir, pusat pemerintahan dipindahkan ke Lebong Tandai Napal Putih (saat ini masuk Kabupaten Bengkulu Utara). Karena Bukit Barisan yang berhutan lebat dan konturnya yang berbukit-bukit dipandang strategis sebagai basis perang gerilya.
BACA JUGA:Puluhan Ribu Anak di Rejang Lebong Belum Memiliki Kartu Identitas Anak
BACA JUGA:Perjuangan Pahlawan jadi Inspirasi Membangun dan Mengisi Kemerdekaan
Pilihan itu juga karena pertimbangan Lebong Tandai sebagai penghasil emas dapat dipakai sebagai logistik guna memenuhi kebutuhan biaya perang.
Setelah menempuh perjalanan panjang dan melelahkan dari Lebong melewati Lubuk Temiang, Tanjung Bialu dan Muara Santan dengan menunggangi kuda tibalah AK. Gani di Napal Putih, A. K. Gani yang lahir di Palembayan, Agam, Bukit Tinggi itu langsung mencari Pangeran Ali sebab dia tahu Pangeran Ali masih sepupunya dikarenakan ayah Pangeran Ali yang bernama Badu Gelar Kari Mudo juga berasal dari Palembayan.
Waktu itu Pangeran Ali bukan lagi sebagai Pangeran Marga Ketahun karena sudah mengundurkan diri pada Desember 1947. Tapi penghormatan rakyat tidak berubah, bahkan masyarakat umum tetap saja memanggilnya Pangeran Ali.
Saat keduanya bertemu, mata mereka berkaca-kaca menahan haru. sebuah momen yang menggetarkan jiwa antara dua orang bersaudara yang belum pernah bertemu sebelumnya. Di Napal Putih pula dibentuk Kabupaten baru yang bernama Kabupaten Rejang-Lebong dan Ketahun Muko-Muko sebagai Bupatinya ditunjuklah Mohamad Hasan.
BACA JUGA: 2 Pesawat Sempat Gagal Mendarat, Aktivitas Penerbangan Bandara Fatmawati Soekarno Kembali Normal
Rumah Pangeran Ali dipakai sebagai kantor Bupatinya, dari Napal Putih rombongan AK. Gani, Ali Amin Sekretaris Gubernur Militer Urusan Sipil, Mayor Amin Kaum Sekretaris Gubernur Militer Urusan Militer bergerak menuju Lebong Tandai sebagai pusat gerilya.
Sementara Mohamad Hasan beserta stafnya tetap berada di Napal Putih menjalankan roda pemerintahan, oya Lebong Tandai waktu itu diganti namanya oleh AK. Gani menjadi Bukit Barisan.
"Uang kertas senilai Rp. 20 (dua puluh rupiah) yang dicetak tanggal 1 Mei 1949 mencantumkan Bukit Barisan sebagai tempat dicetaknya", tulis Sabi'i. M. Ali yang akrab dipanggil Jagok, anak Pangeran Ali dalam Memoar berjudul : Pangeran Mohamad Ali dan Anak-Anaknya Bersama Gubernur Mikiter Dr. AK. Gani Beserta Staf dan Rombongannya di Masa Revolusi, bertanggal 17 Agustus 1986.