Seri Tulisan Hari Pahlawan 2024 (habis): PANGERAN ALI, DARI CAMAT PERANG SAMPAI BON PERANG

Pangeran Ali, dari camat perang sampai Bon Perang--Agustam Rahman

BACA JUGA:Beredar Video Mendes Yandri Kampanyekan Cagub, Bawaslu: Kami Telusuri

HARI-HARI AKHIR 

Sejak pertengahan Desember 1970 Pangeran Ali memutuskan pindah ke Curup, dalam suratnya kepada Sabi'i tertanggal 1 Desember 1970 dia ingin menghabiskan sisa hidupnya didampingi Nurma anaknya. 

Nurma bersama Thaib suaminya sejak tahun 1958 sudah menetap di Curup karena situasi di Napal Putih tidak aman akibat pemberontakan PRRI. 

Mereka berdiam di daerah Dwi Tunggal membangun rumah di lahan seluas 1 hektar. Tanah itu dibeli dari Pangeran Panjang Kepala Marga Selupu seharga 200 gram emas. 

Subuh hari Sabtu pukul 01.30 tanggal 5 Februari 1977 terdengar suara cukup keras dari kamar Pangeran Ali menyebut kalimat Tauhid. Seketika Nurma mendatanginya, dilihatnya ayahnya tersenyum dengan kedua tangan bersedekap diperutnya. 

"Ternyata itu adalah senyuman terakhir ayah, beliau tidak ada keluhan sakit", bercerita Nurma pada Sabi'i kakaknya. 

Pangeran Ali yang lahir pada 19 Agustus 1896 meninggal dalam usia 80 tahun, 5 bulan, 5 hari dimakamkan di Curup tepatnya di TPU di belakang Lembaga Pemasyarakatan. 

"Itulah akhir dari hidup seorang Pangeran Ali, yang pernah menjadi Pangeran Marga Ketahun, Pernah menjadi Kepala Kehakiman Kecamatan Ketahun-Sebelat, Kepala Jawatan Kehakiman Kewedanaan Muko-Muko, Menyumbangkan seluruh hartanya untuk kepentingan membela revolusi Agustus, termasuk rumahnya di Napal Putih pun juga diserahkan ke negara dan sudah dItetapkan sebagai cagar budaya dibawah Balai Pelestarian Budaya Wilayah VII", ujar Ahmad Wali. 

Waktu penulis berkunjung ke rumah bersejarah Pangeran Ali di Napal Putih tahun 2019 lalu tak terlihat piagam penghargaan dari Pemerintah atau ucapan terimakasih apapun kepada Pangeran Ali.  

Tak ada bendera merah putih berkibar dihalamannya, Suasana gelap gulita dimalam hari karena negara (PLN) memutus jaringan listriknya.

Jika begitu, masihkah hari Pahlawan relevan untuk diperingati?

Yogyakarta 10 November 2024. 

Terimakasih untuk Saudaraku Ahmad Wali, Agus 'Sobron' Sabri, Pak Hosen Gafur, Iwan Jaya, Aprizal Jaya, Kang Riswan, Wawan Riduan, Deddy Senthir, Pak Alaudin Dekan FH Unihaz dan Mas Agus 'Ketoprak' Setiyanto yang telah banyak membantu memberi informasi dan bahan untuk penulisan ini.(*)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan