Apa Iya! Menikah dengan Sepupu Menimbulkan Kesialan: Ini Penjelasannya
ilustrasi pernikahan antar sepupu--Pixabay
Secara ilmiah, menikah dengan sepupu memang memiliki risiko genetik yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasangan yang tidak memiliki hubungan darah.
Jika kedua pasangan membawa gen resesif untuk penyakit tertentu, peluang gen tersebut diekspresikan pada keturunan menjadi lebih besar.
Kondisi ini dapat meningkatkan risiko kelainan bawaan atau penyakit genetik pada anak.
Namun, penting untuk dicatat bahwa risiko ini tidak berarti pasti terjadi.
BACA JUGA:Haus Darah! Berikut 7 Fakta Unik Lamprey Vampir Laut, Ada di Indonesia
BACA JUGA:10 Cara Mengetahui Seseorang Sedang Berpura-pura atau Tidak
Menurut studi, risiko kelainan genetik pada anak dari pernikahan sepupu meningkat dari rata-rata populasi (2-3%) menjadi sekitar 4-6%. Meski meningkat, risikonya masih relatif rendah dan bukan merupakan kesialan mutlak.
Mitos kesialan sering kali muncul karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang genetika.
Risiko kesehatan yang lebih tinggi pada pernikahan sepupu sering disalahartikan sebagai takdir buruk atau akibat dari tindakan yang dianggap tidak pantas.
Di beberapa budaya, seperti di Timur Tengah, Asia Selatan, dan sebagian Afrika, menikah dengan sepupu justru dianggap sebagai pilihan yang ideal.
Hal ini sering didasarkan pada alasan sosial dan ekonomi, seperti menjaga kekayaan keluarga, mempererat hubungan keluarga, atau memastikan kesesuaian nilai-nilai budaya.
Di Indonesia, meskipun tidak secara eksplisit dilarang oleh hukum, pernikahan sepupu cenderung kurang diterima secara sosial.
Masyarakat yang memegang tradisi adat tertentu sering kali menganggapnya tidak pantas, sehingga mitos tentang kesialan semakin kuat.
Pasangan yang ingin menikah tetapi memiliki hubungan sebagai sepupu sering menghadapi tekanan dari keluarga atau masyarakat.
Mereka mungkin merasa dikucilkan atau dianggap melawan norma.