PWI Rejang Lebong Perkuat Komitmen Pelestarian Lahan Pertanian
KONSOLIDASI: Kegiatan Konsolidasi Swasembada Pangan yang digelar PWI Rejang Lebong bersama Pemkab Rejang Lebong.-foto: arie/koranrb.id-
BACA JUGA:Kebutuhan LPG 3 Kg di Bengkulu Diprediksi Meningkat, Ini Alasannya
Ia juga menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat, terutama kelompok petani, dalam mendukung kebijakan ini.
"Sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta sangat penting untuk memastikan lahan pertanian tetap menjadi prioritas," terangnya.
Meski banyak langkah positif yang telah direncanakan, tantangan besar tetap ada. Ancaman urbanisasi, alih fungsi lahan, hingga perubahan iklim menjadi isu yang memerlukan perhatian serius. Namun, melalui konsolidasi ini, Rejang Lebong menunjukkan bahwa kolaborasi lintas sektor mampu menjadi solusi efektif dalam menjaga ketahanan pangan.
“Dengan langkah strategis ini, Rejang Lebong tidak hanya berkontribusi pada swasembada pangan nasional, tetapi juga memberikan contoh bagaimana isu lokal dapat diintegrasikan dengan kebijakan nasional untuk keberlanjutan jangka panjang,” beber Pranoto.
Acara ini menghadirkan lima panelis yang merupakan pakar di bidangnya masing-masing. Rektor Universitas Pat Petulai, Indrayanto, mengupas pentingnya pendidikan dan pelatihan bagi petani dalam mengoptimalkan hasil produksi.
BACA JUGA:Rejang Lebong: Kabupaten Layak Anak dengan Tingkat Kekerasan Anak Cukup Tinggi
BACA JUGA: Waspada, 5 Jenis Penyakit ini Jumlah Penderitanya Meningkat
Kabid Ekonomi dan Dunia Usaha Bappeda, Marlenti, menyoroti peran perencanaan daerah dalam menjaga keberlanjutan sektor pertanian.
Dari Dinas Pertanian dan Perikanan, Koordinator Penyuluh Pertanian Lapangan, Didik Aritamam, menekankan pentingnya teknologi pertanian modern untuk meningkatkan produktivitas. Anggota Komisi II DPRD Rejang Lebong, Juwita Astuti, membahas kebijakan legislatif yang mendukung pelestarian lahan.
Sementara itu, Ketua Serikat Petani Indonesia (SPI) wilayah Bengkulu, Hendarman, memberikan perspektif mengenai pentingnya memperkuat posisi petani dalam rantai pasok pangan nasional.
Diskusi berjalan dinamis, dengan peserta yang terdiri dari kelompok tani, petani individu, kelompok wanita tani, hingga mahasiswa aktif memberikan masukan dan bertanya kepada panelis.
Beberapa peserta menyoroti tantangan yang mereka hadapi, seperti minimnya akses terhadap teknologi pertanian modern dan perlunya insentif untuk petani kecil.
Sementara itu, salah satu petani peserta, Yanto, mengaku optimis dengan hasil konsolidasi ini.
"Kami berharap hasil diskusi ini benar-benar ditindaklanjuti. Petani siap berkomitmen, asal ada dukungan nyata dari pemerintah," ucapnya.