Proyek Penanganan Kemiskinan Ekstrem Habiskan Rp5,1 Miliar, Saluran Air Cuma Ditahan Batu dan Kayu
MIRIS: Kondisi bangunan broncaptering proyek penanganan ekstrem BPP Wilayah Bengkulu yang menelan anggaran Rp5,1 miliar.--RUSMANAFRIZAL/RB
BACA JUGA:Perlu Dibaca! Ini Manfaat dan Khasiat Daun Sirih yang Banyak Belum Diketahui
Sementara itu, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) PKP melalui tim Humas BPP Wilayah Bengkulu Agung Nugroho ST, sebelumnya mengaku terkait dengan kerusakan pipa yang terjadi saat ini itu semua di luar sepengetahuan BPP Wilayah Bengkulu selaku pemilik proyek.
Pihaknya juga telah mengkonfirmasi, kerusakan pipa tersebut dengan PT. Riski Utama Jaya Abadi (RUJA) dan memang benar ada kerusakan dan secepatnya akan ditindak lanjuti dan akan dilakukan perbaikan.
"Proyek tersebut sekarang sedang dalam masa pemeliharaan, jadi terkait dengan kerusakan itu semua tanggung jawab pihak ketiga," ucap Nugroho.
Disebutkannya, terhitung sejak tanggal 24 Oktober 2024 sampai dengan 21 April 2005 nanti proyek tersebut masih dalam masa pemeliharaan kontruksi.
BACA JUGA:Ramalan Shio 21 Hingga 26 Desember 2024, Shio Tikus dan Macan Akan Diterpa Badai Ekonomi
Sehingga sesuai dengan aturan, selama masa pemeliharaan ini semua kerusakan yang timbul itu semua menjadi tanggung jawab dari pihak penyedia jasa dalam hal ini PT. RUJA.
"Selama masa pemeliharaan ini, jadi kontraktor akan melakukan perbaikan tanpa menggunakan dana tambahan dari dari pemilik proyek yakni BPPW," sampainya.
Nugroho juga menjelaskan, bahwa dalam papan plang yang dituliskan anggarannya yang berjumlah Rp5,1 miliar tersebut bukanlah hanya untuk pembangunan saluran air bersih saja.
Melainkan ada tiga kegiatan yang pertama adalah pembangunan saluran air bersih, kemudian bantuan sanitasi, dan pembangunan rabat beton.
BACA JUGA:Bikin Penasaran! 10 Jenis Garis Tangan, Berikut Mitos Maknanya, Nomor 6 Berkaitan dengan Jodoh
"Untuk informasi, anggaran Rp5,1 miliar itu dibagi ke tiga sektor penanganan jadi bukan cuma saluran air bersih," jelasnya.
Sebagai informasi, proyek ini menuai banyak protes dari masyarakat penerima manfaat dengan jumlah 59 Kepala Keluarga (KK).
Karena pembangunannya yang dinilai asal jadi, beberapa bagian dari bangunan proyek ini dinilai sangat tidak layak.
Banyak sekali bagian paralon untuk mengalirkan air yang bocor dan hanya di tambal menggunakan alat seadanya seperti karet, dan juga karung.