Dampak Hutan Menjadi Kebun Sawit Ilegal, Harimau Pemangsa Warga Jejaknya Mengarah ke Kota Mukomuko
JERAT: Tim Resor BKSDA Mukomuko, kepolisian, TNI dan masyarakat sekitar, berdiskusi tentang pemasangan jerat tambahan untuk segera bias mengevakuasi harimau yang saat ini meneror warga.--BKSDA
BACA JUGA:Simpan Sabu dan Ganja 20 Paket, 4 Pria Ditahan Ditresnarkoba Polda Bengkulu
Untuk perakap kedua akan kita pasang di lokasi harimau terlihat,” sampainya.
Konflik antara hewan dilindungi seperti harimau dan beruang yang habitnya disulap menjadi perkebunan sawit ilegal, akan terus terjadi selama pembukaan kawasan hutan menjadi kebun sawit ilegal di Mukomuko tidak dapat dihentikan.
Hal ini disampaikan Ketua Lembaga konservasi harimau Sumatera Lingkar Inisiatif, Iswadi.
Konflik hewan yang dilindung seperti harimau, beruang, dan gajah bukan kali pertamanya terjadi di Mukomuko.
BACA JUGA:Punya Cara Unik Saat Cuaca Panas! Berikut 5 Fakta Bangau Biru Besar, Sangat Sabar Menunggu Mangsa
“Kami mencatat sepanjang tahun 2024 ada 10 kasus konflik harimau dan manusia yang terjadi di Mukomuko.
Tentu sebenarnya ini sudah menjadi perhatian serius bagi penyelenggara negara,” kata Iswadi.
Iswadi mengatakan, rusaknya habitat harimau tidak lain disebabkan oleh maraknya kebun sawit ilegal di kawasan hutan.
Kebun sawit itu dikuasai pemodal-pemodal besar dan jaringan yang kokoh sehingga susah untuk menghentikan aktivitas tersebut.
BACA JUGA:Satgas Yonif 144/JY Laksanakan Patroli dan Pelayanan Kesehatan di Kampung Bastop
Tentu dampak keserakahan oknum tersebut masyarakat lokal kembali dirugikan.
“Tidak menutup kemungkinan kasus serangan harimau ini kembali terjadi.
Sebab di habitat mereka tidak menyediakan makanan lagi.
Karena hutan disulap menjadi kawasan tanaman monokultur,” ujarnya.