7 Wisata Sejarah di Kota Bengkulu, Sudah Tahu?
Sedikitnya ada 7 wisata sejarah di Kota Bengkulu yang bisa dikunjugi wisatawan, baik dari dalam provinsi, luar provinsi, maupun wisatawan asing. FOTO: Dok/Harian Rakyat Bengkulu.--
Masjid Jamik di Kota Bengkulu berada di Tengah Kota Bengkulu. Masjid ini berada di ujung pusat pertokoan Suprapto dan masuk wilayah Kelurahan Tengah Padang.
Masjid Jamik awalnya merupakan bangunan kecil yang dikenal dengan Surau Lamo. Dulu lokasinya berada di Kelurahan Bajak dekjat Makam Sentont Alibaysah. Barulah pada awla abad ke 18 masjid ini dipindah ke lokasinya sekarang.
Masjid ini kemudian kembali dibangun lebih bagus dan besar. Renovasi masjid Jamik Kota Bengkulu pertama kali diarsiteki oleh Presiden Indonesia pertama, Soekarno atau Bung Karno pada tahun 1938 sampai 1942, saat Bung Karno menjalani masa pengasingan di Bengkulu.
BACA JUGA:10 Sungai Terpanjang di Indonesia, Nomor 5 Sumber Mata Airnya Ada di Provinsi Bengkulu
Renovasi itu dilakukan, karena saat itu masyarakat menginginkan masjid tersebut diperbaiki. Meski direnovasi, namun struktur bangunan masjid tidak berubah banyak. Ada beberapa struktur masjid yang masih dipertahankan, tidak termasuk dinding dan lantai.
Tercatat, sampai saat ini masjid Jamik Kota Bengkulu, sudah tiga mengalami renovasi, dan Masjid Jamik Kota Bengkulu juga ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Kemendikbud RI.
5. Tugu Thomas Parr
Tugu ini merupakan monumen yang lokasinya berada tak jauh dari Benteng Marlborough Kota Bengkulu. Tugu ini dibangun untuk memperingati kematian Thomas Parr, Residen Inggris di Bengkulu yang dibunuh pada tahun 1807.
Tugu Tomas Parr dibangun satu tahun setelah kematiannya. Kini, tugu ini sudah masuk sebagai cagar budaya. Bangunan Tugu Thomas Parr ini diperkirakan dibangun di era Benteng Marlborough, mengingat lokasinya yang cukup dekat dengan Benteng terkuat di Asia Tengga tersebut.
Thomas Parr sendiri tewas dibunuh oleh masyarakat Bengkulu yang marah atas kekejamannya
6.Makam Sentot Alibasyah
Menurut catatan sejarah Sentot Alibasyah diasingkan Belanda le Bengkulu pada tahun 1833 hingga beliau wafat tahun 1855. Sebelum diasingkan, Sentot Alibasyah merupakan Panglima Perang Pangeran Diponegoro yang terlibat dalam Perang Diponegoro pada tahun1825 – 1830.