Tamara Geraldine Dikehendaki Jadi Pendeta, Bukan Gadis Disko
Tamara Geraldine--
KORANRB.ID - Tamara merasa hidupnya berakhir saat sirosis hati menggerogoti fisiknya. Dia bahkan dua kali divonis mati. Pada 2005, dokter meramalkan bahwa peluang hidupnya tersisa 1 tahun saja. Namun, dia bertahan sampai lima tahun kemudian saat dokter menyebut usianya tinggal 8 bulan. Remuk redam Tamara menghadapi vonis demi vonis itu.
Meski vonis pertama tidak terbukti, vonis kedua tetap membuat Tamara kalut. Apalagi, kondisi finansialnya ikut memburuk gara-gara penyakit yang dia derita. Dalam depresinya, mantan presenter itu sempat terpikir untuk mengakhiri hidup. Perempuan 49 tahun itu juga memutuskan untuk berpisah dari sang suami, Pham Tien Thinh.
’’Waktu vonis kedua itu saya mikir ya memang ini udah harus pulang,” kata Tamara saat ditemui Jawa Pos pada Selasa (19/12).
BACA JUGA:Siaga Pengamanan
Vonis kedua itu menjadi turning point Tamara. Dia ingin berdamai dengan Tuhan karena tak mau meninggalkan dunia sebagai pribadi yang jauh dari penciptanya. ’’Saya bilang, ’Tuhan kita baikan, ya.’ Nah, ternyata pas dijalani sampai hari ini saya nggak checkout,” lanjutnya.
Kini, Tamara punya hidup baru. Kehidupannya sekarang bertolak belakang dengan yang lalu. Tak ada lagi Tamara Gadis Disko. Dia meninggalkan gemerlap duniawi dan bahkan menarik diri dari jagat entertainment. ’’Dan itu rasanya luar biasa nikmat,” ungkapnya.
Selama 15 tahun, Tamara berusaha selalu memenangkan Tuhan dalam hidupnya. ’’Jaga pikiran, lidah, dan tindakan,” sambungnya.
Perubahan itu kian nyata setelah Tamara mendedikasikan hidupnya untuk melayani Tuhan. ’’Saya aja nggak ngerti. Orang-orang bilang saya hamba Tuhan. Tapi, saya nggak pernah bercita-cita (jadi pengkhotbah, Red) sama sekali,” ucapnya.
BACA JUGA:Terkendala Rekening, Bawaslu Terancam Gagal Terima Anggaran Pilkada
Bintang film Mendarat Darurat itu merasa tidak layak disebut hamba Tuhan karena punya segudang masa lalu yang kelam. ’’Membawakan firman Tuhan itu buat saya adalah kemuliaan, suatu kehormatan. Sedangkan saya ini kan mantan pendosa berat, penjahat,” katanya.
Sekitar 24 tahun silam, Tamara pernah dengan sengaja menghindari Tuhan. ’Tahun 1999 saya pernah dinubuatkan jadi hamba Tuhan oleh seorang pendeta. Tapi saya nggak mau, saya lari, kabur jadi gadis disko. Karena nggak pernah punya cita-cita menjadi seperti ini,” kenangnya.
Namun, Tuhan selalu punya cara untuk merangkul anak-anaknya. “Ya, Tuhan tarik paksa saya lewat penyakit dan saya diproses sama Tuhan sampai akhirnya beneran jadi pendeta,” ucap Tamara.
Kini Tamara menjadikan pengalaman-pengalaman masa lalunya sebagai bahan untuk berbagi dengan jemaatnya. ’’Semua rongsokan saya di belakang itu disuruh ditampilin sama Tuhan, karena itu yang membangkitkan banyak orang,” tuturnya.
Tamara menjalani hidupnya dengan damai. Dia juga menikmati profesinya sebagai pendeta. ’’Tuhan mencukupkan saya luar biasa. Dan lewat pekerjaan ini, Tuhan mengingatkan saya untuk tegak lurus menjadi teladan, kitab yang terbuka, dan representasi Tuhan saya,” tegasnya. (shf/c17/hep)