Penghuni Tanah Papua dan Tradisi Uniknya Suku Dani, Suku yang Suka Berperang

Reporter: Fran Sinatra |

Editor: Fazlul Rahman |

Rabu , 17 Jan 2024 - 10:25

DANI: Suku Dani merupakan salah satu populasi asli yang mendiami Pulau Papua. (Tangkapan layar google maps/ koranrb.id)--

KORANRB.ID- Suku ini merupakan populasi asli yang mendiami Pulau Papua. Suku ini menempati wilayah pedalaman wilayah pegunungan dan lembah Papua. Dalam jurnalnya, Baharinawati W. Hastanti yang berjudul Kondisi Lingkungan dan Karakteristik Sosial Budaya untuk Pengolahan Daerah Aliran Sungai, menuliskan bahwa suku Dani merupakan suku tertua yang ada di Pulau Papua dan mereka mendiami lembah Baliem.

Didalam jurnal tersebut, disebutkan pula bahwa suku ini memiliki kecenderungan untuk melakukan peperangan. Lembah Baliem adalah sebutan untuk kawasan pegunungan dan lembah di sekitar Wamena, adapun suku Dani ini tinggal di wilayah lembah tersebut.

Rata-rata masyarakat pegunungan Tengah Papua kesehariannya dengan cara bertani secara tradisional. Dimana suku Dani mempunyai dua kelompok etnis, yaitu Wita dan Waya.

Suku ini menanam jenis umbi-umbian di ladang, selain itu sebagai tanaman utama mereka menanam ipere yang merupakan sejenis umbi jalar.

Selain menanam umbi-umbian, mereka juga menanam sayur-sayuran dan buah-buahan seperti, sawi, kol, jeruk dan buah merah. Setelah panen, selain dikonsumsi sendiri hasil pertanian tersebut juga dijual ke kota.

Lereng pegunungan Jayawijaya memiliki medan yang terjal dan lembah yang sempit serta curam. Hal ini membuat suku Dani mempunyai eknik tersendiri dalam memanfaatkan lahan untuk dijadikan perkebunan. Suku Dani menyebut diri mereka sebagai nit baliemege yang artinya “kami orang baliem”.

Dalam jurnalnya Hastuti menyebutkan bahwa suku Dani lebih suka disebut sebagai orang parim. Dimana suku ini sebagian besarnya memeluk agama Kristen Protestan. Tapi suku ini masih memegang teguh adat-istiadat sebagai penganut kepercayaan roh-roh orang yang sudah meninggal.

Suku ini masih secara rutin melaksanakan ritual-ritual penghormatan terhadap roh para leluhur. Dalam hal menunjukkan duka cita atas kematian orang yang terdekat, suku ini mempunyai cara yang ekstrim.

penghuni tanah papua dan tradisi uniknya suku dani, suku yang suka berperang                            koranrb.id- suku ini merupakan populasi asli yang mendiami pulau papua. suku ini menempati wilayah pedalaman wilayah pegunungan dan lembah papua. dalam jurnalnya, baharinawati w. hastanti yang berjudul kondisi lingkungan dan karakteristik sosial budaya untuk pengolahan daerah aliran sungai, menuliskan bahwa suku dani merupakan suku tertua yang ada di pulau papua dan mereka mendiami lembah baliem.
baca juga:suku amungme papua yang terasing dari tanahnya sendiri, begini penjelasannya
didalam jurnal tersebut, disebutkan pula bahwa suku ini memiliki kecenderungan untuk melakukan peperangan. lembah baliem adalah sebutan untuk kawasan pegunungan dan lembah di sekitar wamena, adapun suku dani ini tinggal di wilayah lembah tersebut.
rata-rata masyarakat pegunungan tengah papua kesehariannya dengan cara bertani secara tradisional. dimana suku dani mempunyai dua kelompok etnis, yaitu wita dan waya.
baca juga:sejarah dan tradisi suku asmat, punya seni mengukir yang handal
suku ini menanam jenis umbi-umbian di ladang, selain itu sebagai tanaman utama mereka menanam ipere yang merupakan sejenis umbi jalar.
selain menanam umbi-umbian, mereka juga menanam sayur-sayuran dan buah-buahan seperti, sawi, kol, jeruk dan buah merah. setelah panen, selain dikonsumsi sendiri hasil pertanian tersebut juga dijual ke kota.
baca juga:ini daftar 5 suku terbesar di papua, punya tardisi unik
lereng pegunungan jayawijaya memiliki medan yang terjal dan lembah yang sempit serta curam. hal ini membuat suku dani mempunyai eknik tersendiri dalam memanfaatkan lahan untuk dijadikan perkebunan. suku dani menyebut diri mereka sebagai nit baliemege yang artinya “kami orang baliem”.

baca juga:fakta unik keberadaan suku gaib di indonesia,punya harta melimpah dan bikin merinding
dalam jurnalnya hastuti menyebutkan bahwa suku dani lebih suka disebut sebagai orang parim. dimana suku ini sebagian besarnya memeluk agama kristen protestan. tapi suku ini masih memegang teguh adat-istiadat sebagai penganut kepercayaan roh-roh orang yang sudah meninggal.
baca juga:menilik suku bawean dan budaya perantaunya yang terkenal
suku ini masih secara rutin melaksanakan ritual-ritual penghormatan terhadap roh para leluhur. dalam hal menunjukkan duka cita atas kematian orang yang terdekat, suku ini mempunyai cara yang ekstrim.
dimana mereka melambangkan rasa sedihnya bukan hanya dengan menitikkan air mata saja, melain mereka juga memotong jari-jari mereka.
baca juga:sejarah, kebudayaan dan adat istiadat suku betawi, begini kisah awal kemunculannya
apabila ada anggota keluarga atau kerabat dekat, seperti ayah, ibu, adik dan kakak meninggal, maka diwajibkan melakukan pemotongan jari.
hal tersebut dilakukan sebagai pencegah datangnya malapetaka, karena peristiwa tersebut bisa saja merenggut nyawa anggota keluarga lainnya.
baca juga:sejarah dan budaya merantau suku madura, kamu sudah tahu belum? 
tradisi niki paleg atau potong jari ini sudah dilakukan secara turun-temurun dan sudah ada sejak zaman nenek moyang mereka. dimana tradisi potong jari bisa dilakukan pada semua jari, kecuali ibu jari, jari yang dipotong biasanya dua ruas jari.
menurut jurnal yang ditulis oleh husni dan siregar, pakaian adat dari suku dani disebut koteka atau holim, dimana fungsi dari koteka ini adalah untuk menutupi alat vital mereka.
baca juga:tradisi unik panggil nama orang tua memakai nama anak, hingga asal-usul suku baduy
pada suku ini, koteka pada kaum pria terbuat dari labu cina yang berbentuk runcing.
untuk pemakaian koteka ini memiliki makna yang berbeda, jika digunakan secara tegak lurus, ini mendakan pemakainya seorang pria yang masih perjaka.
baca juga:asal-usul hingga tradisi suku tengger, salah satunya upacara kasada
jika dikenakan miring ke kanan, pemakainya memiliki status yang tinggi atau seorang bangsawan.
koteka dikenakan miring ke kiri, menandakan pria dewasa dengan golongan menengah dan menunjukkan pemakainya adalah seorang keturunan panglima perang.
baca juga:ciri khas suku sunda, sejarah dan asal-usul serta budayanya
suku ini tidak mengenakan baju dan alas kaki, para pria suku ini hanya mengenakan koteka dan juga memakai aksesoris berupa bulu burung di bagian kepala mereka.
adapun jenis koteka yang digunakan oleh kaum pria pada suku ini mempunyai ukuran yang berbeda-beda.
baca juga:asal-usul suku jawa hingga tradisi uniknya di indonesia
untuk kepala suku menggunakan koteka berukuran besar dan panjang, hal ini menandakan bahwa ia sebagai pria yang berwibawa dan terpandang di masyarakat.
dimana koteka yang digunakan oleh setiap pria mempunyai ukuran yang berbeda-beda. untuk kepala suku mempunyai ukuran koteka yang lebih besar dan panjang. 
baca juga:suku-suku di pulau jawa, salah satunya suku tengger, punya tradisi unik 
tidak hanya itu, pada batang koteka yang digunakan oleh kepala suku ini terdapat ukuran yang sederhana.
untuk menghindari hewan buas dan cuaca dingin, suku ini sama dengan kebanyakan suku lainya, mereka membuat rumah dari kayu dan berbentuk kerucut.
baca juga:suku makassar, sejarah, kebudayaan, adat istiadat beserta keunikannya
rumah suku dani ini disebut honai, atapnya terbuat dari tumpukan jerami atau ilalang, tinggi tumpukan pada atap tersebut bisa mencapai 2,5 meter.
pada honai ini dibuat pintu kecil dan tidak memiliki jendela, dimana tujuannya untuk menghindari hawa dingin di papua.
baca juga:suku minahasa, punya sistem pemimpin yang terkuat serta tradisi unik
honai terbagi menjadi tiga macam, untuk laki-laki disebut honai, untuk wanita disebut ebei serta untuk kandang babi disebut wamai.
rumah ini biasanya dihuni oleh lima sampai sepuluh orang dan pada umumnya terbagi atas dua tingkat. adapun kedua lantai ini dihubungkan dengan tangga dari bambu.
baca juga:fakta menarik suku buton, punya mata biru yang menawan serta benteng terluas di dunia
selain untuk menghindari cuaca dingin, suku ini membuat perapian di dasar lantai rumah untuk penerangan. tunggu perapian dibuat dengan cara menggali tanah di dasar rumah.
baca juga:suku mandar, sejarah, budaya hingga keunggulannya di lautan
kedua lantai tersebut dihubungkan dengan tangga dari bambu.dimana mereka membuat perapian di dasar lantai rumah yang digunakan sebagai penerangan. untuk membuat tungku mereka menggali tanah di dasar rumah.(**)

Tag

Share

Koran Edisi Terbaru

Baca Koran Rakyat Bengkulu, Jumat 22 November 2024

Berita Terkini

Berita Terpopuler

Berita Pilihan