Manufaktur Harapkan Kepastian Insentif Agar Daya Saing Meningkat Maksimal
Pengamat ekonomi Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Teuku Riefky.-foto: jpg/koranrb.id-
KORANRB.ID – Guna meningkatkan pertumbuhan manufaktur, ekonom menilai insentif untuk sektor tersebut harus lebih konsisten dan agresif.
Agar daya saingnya dapat meningkat maksimal, termasuk di persaingan global.
Pengamat ekonomi Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Teuku Riefky mengatakan, perlu ada kejelasan insentif yang diberikan guna meningkatkan pertumbuhan manufaktur.
”Industri kita perlu diekspos pada persaingan dengan produk-produk luar disertai dengan insentif. Namun, bukan berarti harus diproteksi secara utuh, kemudian tidak terekspos dari sisi persaingan terhadap kondisi global,’’ bebernya, Minggu 7 April 2024.
Dia menyebutkan bahwa sektor manufaktur mengalami berbagai tantangan.
BACA JUGA:H-3 Lebaran Idul Fitri, Sudah 5.832 Kendaraan Lintasi Tol Bengkulu
Mulai daya saing tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja, investasi yang masuk, iklim persaingan usaha, hingga infrastruktur.
Menurut dia, kebijakan fiskal Indonesia, seperti bea masuk dan sebagainya, ikut andil dalam daya saing sektor industri manufaktur Indonesia.
”Banyak kebijakan dari sisi regulasi, investasi, perbaikan infrastruktur, kemudahan berusaha, serta regulasi terkait. Misalnya, akuisisi lahan yang memberikan dampak negatif terhadap industri dalam negeri,” tuturnya.
Oleh karena itu, kejelasan tersebut guna menjaga pertumbuhan manufaktur di Indonesia pascapandemi Covid-19 yang mulai pulih serta menunjukkan perkembangan positif.
”Sektor manufaktur merupakan penyumbang produk domestik bruto (PDB) terbesar dalam perekonomian Indonesia,” urai Riefky.
BACA JUGA:Malam Takbiran, Ada Rekayasa Lalu Lintas, Ini Link Buku Panduan Petunjuk Arah di Kota Bengkulu
Adapun persepsi pelaku usaha di Indonesia saat ini ada pada teritori positif dengan pandangan optimistis mengenai pertumbuhan sektor industri manufaktur.
S&P Global merilis data purchasing managers’ index (PMI) manufaktur Indonesia pada Maret 2024 yang berada di level 54,2 atau naik 1,5 poin dibandingkan capaian Februari yang menyentuh angka 52,7.