Dari Tebusan hingga Larungan, Begini Keunikan Anak Gimbal Dieng
GIMBAL: Bagian dari tradisi dataran tinggi dieng--SC/IG.wonosobohits
KORANRB.ID – Fenomena anak-anak berambut gimbal di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, sejak lama menjadi salah satu daya tarik budaya yang memunculkan rasa penasaran banyak wisatawan.
Rambut gimbal yang tumbuh secara alami ini dianggap sebagai bagian dari warisan mistis masyarakat Dieng, yang dipercaya berkaitan dengan legenda para leluhur dan kekuatan supranatural yang diyakini masih melekat di kawasan tersebut.
Keunikan ini tidak hanya menjadi identitas budaya, tetapi juga menimbulkan berbagai kisah yang terus hidup dalam tradisi masyarakat setempat.
Masyarakat Dieng meyakini bahwa rambut gimbal bukan sekadar fenomena biologis. Anak-anak yang mengalami kondisi ini disebut “anak gimbal” dan dianggap memiliki hubungan khusus dengan makhluk halus penjaga Dieng atau tokoh legenda seperti Kyai Kolodete.
BACA JUGA:Fakta Unik Tentang Memancing, Ternyata Sudah Ada Sejak Zaman Purba!
Rambut mereka diyakini tidak boleh dipotong sembarangan. Proses pemotongannya hanya bisa dilakukan ketika sang anak meminta sendiri, dengan waktu dan syarat yang muncul secara tiba-tiba. Jika dipotong tanpa permintaan, masyarakat percaya rambut tersebut akan tumbuh lebih lebat atau anak mengalami gangguan kesehatan maupun emosi.
Permintaan sang anak menjadi syarat utama dalam ritual ruwatan gimbal. Permintaan ini sering kali tidak terduga dan kadang dianggap aneh, seperti meminta hewan peliharaan tertentu, mainan yang sulit dicari, atau benda-benda unik yang dianggap sebagai “tebusan”.
Permintaan tersebut harus dipenuhi sebelum rambut dipotong agar prosesi berjalan lancar dan membawa kebaikan bagi sang anak. Tradisi ini tetap dipertahankan hingga sekarang dan menjadi bagian penting dari kehidupan budaya masyarakat Dieng.
Ritual ruwatan sendiri dilaksanakan secara adat dengan rangkaian prosesi yang cukup panjang. Anak-anak akan diarak, dimandikan dengan air dari tujuh sumber mata air, dan kemudian rambut gimbal dipotong oleh tokoh adat setempat. Ritus ini dilakukan dengan penuh penghormatan, karena rambut gimbal dianggap memiliki nilai sakral.
BACA JUGA:Akademisi Ungkap Lemahnya Pengawasan SPBU di Kasus Penimbunan BBM
Setelah dipotong, rambut akan dilarung di sungai atau danau sebagai simbol pelepasan energi negatif dan penyucian diri. Prosesi ini rutin menarik perhatian wisatawan yang ingin melihat langsung tradisi unik yang tidak ditemukan di daerah lain di Indonesia.
Keunikan lainnya, rambut gimbal di Dieng tidak sama dengan rambut gimbal buatan atau yang terbentuk karena perawatan tertentu. Rambut ini tumbuh secara acak, kusut, dan menggumpal tanpa intervensi apa pun. Tidak ada tanda-tanda awal yang jelas mengapa anak tertentu mengalami kondisi ini.
Dalam beberapa kasus, rambut gimbal muncul tiba-tiba dalam hitungan hari meski sebelumnya rambut anak normal. Hal ini memperkuat kepercayaan masyarakat tentang unsur mistis yang hadir dalam fenomena tersebut.
Fenomena anak gimbal juga menjadi aset budaya yang selalu ditonjolkan dalam agenda tahunan Dieng Culture Festival. Tradisi ruwatan massal yang digelar dalam acara tersebut menjadi puncak kegiatan, menyatukan antara kepercayaan lokal, pariwisata, dan pelestarian budaya.