Distan Kembangkan Budidaya Bawang Merah, Pengendalian Inflasi di Mukomuko

SIMBOLIS: Wakil Bupati Mukomuko Wasri di damping Kadistan dan tamu undang sebelum menanam bawang merah--Foto: Distan Mukomuko.Koranrb.Id

MUKOMUKO,KORANRB.ID – Pengendalian inflasi daerah dan juga peningkatan produksi pertanian serta ketahanan pangan, Rabu 21 Agustus 2024 dilakukan penanaman perdana bawang merah jenis bima Brebes.

Ini dilakukan Distan Mukomuko di lahan seluas 6 hektare yang tersebar di 2  kecamatan. 

Kepala Distan Mukomuko, Pitriyani Ilyas, S.Pt mengatakan, membudidayakan tanaman pangan saat ini menjadi salah satu fokus yang dilakukan, sehingga bisa menjadikan Mukomuko sebagai daerah penghasil bawang merah.

BACA JUGA:Disnakertrans Siapkan Draf Perda Retribusi TKA Untuk Maksimalkan Sumber PAD

BACA JUGA:JK Resmi Ditetapkan DPO Polres Seluma, Terancam 15 Tahun Penjara

“Kita pilih bawang merah untuk digalakan dibudidayakan karena tekstur lahan yang kita miliki mendukung. Selain itu bawang merah ini menjadi salah satu penyebab tingginya inflasi daerah berkaitan dengan kebutuhan,” kata Pitriyani.

Dia menjelaskan, untuk lokasi pilot project budidaya bawang merah tahun 2024 berada di Kecamatan Air Manjunto dengan luasan 2 hektare dan 4 hektare di Kecamatan Selagan Raya. 

Untuk  program budiaya bawang merah ini bersumber dari APBD Mukomuko seluas 5 hektare.

Dan 1 hektare dengan pola penanaman organik di Kecamatan Selagan Raya dibiayai Bank Indonesia (BI), sebagai bentuk support penanggulangan inflasi di Mukomuko. 

“Selain budidaya bawang merah dibiayai oleh APBD kita, BI juga membuat demplot 1 hektare yang murni perlakuan organik. Untuk melihat perbandingan mana yang dapat menghasilkan lebih maksimal nantinya,” terangnya.

Pengembangan bawang merah di Kabupaten Mukomuko ini menggunakan bibit bawang merah unggul bima Brebes.

BACA JUGA:Pengukuhan Perpanjangan Masa Jabatan 144 Kades, Target September

BACA JUGA:Rejang Lebong Butuh Penambahan Guru PAI Berstatus ASN, Mayoritas Guru Honorer

Dengan potensi panen maksimal dengan perlakuan intensif mencapai 18 ton per Ha, dengan masa panen selama 70 hari. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan