Memahami Konsep dan Dampak Komunikasi dari Istilah 'Retorika Onani'
Retorika onani adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan gaya komunikasi yang berfokus pada kepuasan diri sendiri daripada tujuan untuk berkomunikasi dengan orang lain secara efektif.--Pixabay
KORANRB.ID - Retorika onani adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan gaya komunikasi yang berfokus pada kepuasan diri sendiri daripada tujuan untuk berkomunikasi dengan orang lain secara efektif.
Istilah ini berakar dari dua kata, yaitu "retorika," yang merujuk pada seni berbicara atau menulis untuk membujuk, dan "onani," yang secara harfiah berarti tindakan masturbasi.
Digabungkan, retorika onani menjadi metafora yang menggambarkan bagaimana seseorang menggunakan kemampuan berbicara atau menulis tidak untuk menciptakan dialog yang bermakna, tetapi untuk memuaskan ego dan menunjukkan keunggulan intelektualnya di hadapan audiens.
Ciri-Ciri Retorika Onani
Terdapat beberapa karakteristik yang dapat mengidentifikasi retorika onani dalam komunikasi. Di antaranya:
1. Berbicara untuk Dirinya Sendiri
Komunikator dalam retorika onani lebih peduli pada bagaimana mereka dipandang daripada bagaimana pesan mereka diterima.
Mereka mungkin menggunakan bahasa yang rumit, referensi intelektual yang sulit dipahami, atau gaya berbicara yang bertele-tele, semuanya demi menampilkan superioritas mereka.
Akibatnya, pesan inti seringkali tidak jelas, dan audiens merasa kesulitan untuk memahami atau terlibat.
2. Minim Interaksi dengan Audiens
Retorika yang efektif melibatkan pertukaran ide antara pembicara dan audiens. Namun, dalam retorika onani, pembicara cenderung tidak peduli dengan respons atau reaksi audiens.
Mereka lebih fokus pada apa yang ingin mereka sampaikan, terlepas dari apakah audiens tertarik atau terlibat. Ini menciptakan situasi di mana komunikasi menjadi satu arah dan tidak produktif.
BACA JUGA:Pengusutan Laporan Dugaan Mobilisasi Massa, Bawaslu Seluma Segera Beri Kesimpulan