Wow! Penduduk di Desa Terpencil Ini Berkomunikasi dengan Bahasa Burung

Pulau Evia, Yunani--

KORANRB.ID – Di seluruh dunia ini ada ribuan bahasa yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Ribuan bahasa ini tersebar di berbagai negara di belahan bumi ini. Bahkan dalam satu negara ada yang memiliki ratusan bahasa yang terdiri dari bahasa nasional dan bahasa daerah.

Namun tidak banyak yang tahu. Ternyata di dunia ini ada manusia yang berkomunikasi menggunakan bahasa burung. Jika biasanya manusia berkomunikasi dengan bahasa yang diucapkan, tetapi di beberapa tempat penduduknya berkomunikasi dengan cara bersiul, sehingga persis suara burung yang sedang berkicau.

Salah satu tempat yang penduduknya memakai bahasa burung yakni masyarakat Desa Antia yang berada di dekat gunung Ochi, Pulau Evia, Yunani. Pulau tersebut terletak di Laut Aegea. Warga di sini sudah 2.500 tahun lalu menggunaka bahasa siulan yang hanya dipahami warga setempat.

BACA JUGA:Sopir Travel Asal Lubuklinggau jadi Korban Begal di Jalan Lintas Kepala Curup

Penduduk Antia berkomunikasi dengan bersiul yang mirip suara burung. Bahasa ini sudah cukup langka dan terancam punah di dunia. Awal mula munculnya bahasa bersiul di wilayah ini, ada yang menyebutkan bahasa tersebut berasal dari para tentara Persia. Kala itu mereka mencari para pengungsi di pegunungan sekitar 2.500 tahun lalu. 

Cerita lainnya menyebutkan bahasa tersebut berkembang pada masa Byzantine atau Kekaisaran Romawi. Kala itu bahasa bersiul sebagai peringatan atau alarm ada lawan yang akan menyerang desa.

Ada pula yang mengatakan di masa Athena kuno, mereka menempatkan para penyiul dari Antia di puncak-puncak gunung sehingga dapat mengirimkan tanda jika ada serangan mendadak terhadap kerajaan.

BACA JUGA:Pengguna WhatsApp Wajib Tahu! Ini Fungsi 4 Fitur Baru WhatsApp Channel

Berkomunikasi dengan cara bersiul seperti masyakat Antia juga dilakukan oleh masyarakat desa terpencil di Desa Kuskoy di kawasan pegunungan terpencil di negara Turki. Semua warganya berkomunikasi dengan cara bersiul, sehingga bahasa tersebut dikenal dengan Turkish bird language (Bahasa burung dari Turki).

Warga di desa ini berprofesi sebagai peternak dan petani teh, jagung dan jenis tanaman lainnya. Masyarakat desa tersebut melakukan komunikasi dengan ‘bahasa burung’. Apalagi jika dalam jarak yang cukup jauh. Meski suara bersiulnya mirip, namun orang-orang yang memakai bahasa ini dapat membedakan tiap siulan lawan bicaranya.

Bahasa bersiul lainnya digunakan oleh masyarakat yang tinggal di Pulau La Gomera, Spanyol. Masyarakat di kawasan Kepulauan Kanaria itu menyebutkan bahasa siulan yang mereka gunakan dengan Silbo Gomero.

BACA JUGA:Desember, Anies Baswedan Bakal Kampanye di Bengkulu, Catat Tanggal dan Lokasinya

Bersiul cara yang efisien berkomunikasi antar warga. Bahkan suara siulannya bisa terdengar mencapai 3 kilometer. Mereka juga mengenal siapa orang yang bersiul dan jenis bahasan siulannya ketika berkomunikasi.

Seiring perkembangan zaman, bahasa siulan ini sudah sedikit yang menggunakannya. Untuk melestarikannya pemerintahan setempat melalui sekolah-sekolah menjadi bahasan siulan sebagai mata pelajaran wajib di sekolah.(**)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan