Depresiasi Rupiah dalam Batas Aman

RUPIAH: Karyawati menunjukkan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing Agung Masayu di Jakarta. Nilai tukar rupiah ditutup di level Rp 15.849 per dolar AS pada Selasa (24/10) sore. FOTO: JPG/RB--

KORANRB.ID – Perekonomian global melambat dengan ketidakpastian yang semakin meningkat tinggi. Ditambah menguatnya dolar Amerika Serikat (AS) alias USD menyebabkan tekanan pelemahan berbagai mata uang negara lain. Tidak terkecuali rupiah.

Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6 persen pada Kamis (19/10) untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah. Sekaligus memitigasi dampaknya terhadap inflasi barang impor. 

Berdasar kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) BI, mata uang Garuda sempat berada di level Rp 15.943 per USD Senin (23/10) lalu. Kemudian, sedikit menguat di posisi Rp 15.869 per USD, Selasa (24/10).

BACA JUGA:Sasar Pemilih Pemula, Dukcapil Jemput Bola

”Alhamdulillah rupiah dan hampir semua mata uang Asia lainnya menguat terhadap USD,” ucap Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, Edi Susianto.

Edi menjelaskan, pelemahan terhadap USD terjadi hampir terhadap semua mata uang negara emerging market (berkembang). Sentimen datang dari global yang kurang kondusif. Yaitu, terkait persepsi pelaku pasar atas sikap The Fed yang masih hawkish dan konflik geopolitik Timur Tengah. ”Kondisi global sedang dalam penyesuaian risk appetite akibat perkembangan yang terjadi,” jelas Edi.

Namun, lanjut dia, melihat besaran capital outflow asing, tidak terlalu masif. Bahkan saat ini menunjukkan perlambatan dana asing keluar. Menghadapi kondisi itu, BI menanggapi melalui policy rate maupun masuk di pasar spot maupun di pasar domestic non-deliverable forward (DNDF).

BACA JUGA:Mobil Bermuatan 3 Anggota Polisi Tabrak Rumah

Dengan demikian, bank sentral memastikan market confidence tetap terjaga. Khususnya menjaga keseimbangan supply dan demand valuta asing di pasar. ”Cadangan devisa masih dalam jumlah yang sesuai dengan kecukupan. Terkait policy rate, tentu pasti akan ada asesmen di RDG (rapat dewan gubernur) bulanan bulan depan,” ujarnya.

Terpisah, Presiden Joko Widodo terus memonitor kondisi ekonomi terkini, termasuk pergerakan nilai tukar rupiah. Meski hampir mendekati Rp 16 ribu per dolar AS, Jokowi menyebut rupiah masih dalam batas aman.

”Kalau kita lihat persentase depresiasi mata uang kita juga masih aman. Aman untuk sektor riil, aman untuk sektor keuangan, dan aman juga untuk inflasi,’’ ujarnya.

BACA JUGA:Kasus Firli Masih Ditangani Polda Metro Jaya

Secara umum, kata dia, kondisi ekonomi RI masih tetap terjaga. Salah satunya tecermin dari ketersediaan kas negara yang disebutnya masih mencapai Rp 616 triliun. ”Jadi untuk napas panjang sampai 2024 masih masih aman. Dan, kalau pagi ketemu Bu Sri Mulyani (Menkeu, Red) masih senyum, di hati saya masih tenang,’’ imbuhnya.

Menkeu Sri Mulyani Indrawati sebelumnya mengatakan, penguatan dolar AS dipicu adanya kebijakan kenaikan suku bunga tinggi yang terjadi dalam waktu lama di AS. Hal itu membuat banyak arus modal kembali masuk ke AS.(han/dee/fal)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan