KORANRB.ID - Buaya muara merupakan satwa yang dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.106/MENLHK/SETJEN/KUM/12/2018.
Selain itu juga buaya muara, termasuk dalam Appendix 1 CITES yang berarti keberadaannya saat ini sedang terancam atau mengalami penurunan populasi yang signifikan.
Untuk di Provinsi Bengkulu sendiri Buaya muara atau buaya bekatak memiliki jumlah yang tidak terlalu banyak lagi.
buaya dengan jenis ini memiliki ukuran yang besar sehingga membuat hewan ini terkatagori jenis buaya terbesar di dunia yang hidup dialiran sungai air tawar namun tidak jauh dari air laut.
BACA JUGA:Desak Pemindahan Buaya Pembunuh Pencari Lokan, Begini Penjelasan BKSDA Bengkulu
"Jelas Buaya Muara merupakan bagian dari ekosistem sungai yang keberadaannya mulai terancam punah maka dari itu tergataroi Appedix 1,"kata Kepala Bidang Konservasi Kampala FP Unib Randa Ferdian.
Randa mengatakan, buaya ini memiliki hewan yang memiliki kulit yang keras bersisik, kaki yang pendek dan ekor yang panjang, serta memiliki berat untuk buaya muara bisa mencapai 1 sampai 1,2 ton dengan panjang bisa mencapai 6 meter.
Buaya sendiri memiliki cara berkembang biak dengan sistem bertelur atau yang dikenal dengan istilah ovivar. Dimana satu buaya Muara bisa bertelur 30 sampai 50 telur sekali musim.
"Memang buaya muara ini bisa banyak menghasilkan telur namun keberhasilan dalam penetasan hingga buaya berhasil besarpun sangat kecil karena adanya seleksi alam, maka dari itu dalam satu habitat jumlahnya akan terbatas,"jelasnya.
Hewan yang aktif dimalam hari ini memiliki musim kawin dari bulan September hingga Februari sebelum memasuki masa bertelur.
Buaya muara ini akan memakan, ikan, amfibi, reptilia, dan burung yang ada di habitatnya.
Buaya juga memiliki kebiasaan berjemur dengan membuka mulutnya lebar-lebar untuk menurunkan suhu tubuh saat tepapar matahari.
Meskipun buaya masuk ke dalam jenis reptil karena memiliki sisik namun buaya mampu menyelam ke dalam air sekitar 30 menit.
BACA JUGA:Konflik Buaya dengan Warga di Sungai Selagan Raya Mukomuko, 2 Tahun 2 Nyawa Melayang