Sebab, semua kita hanyalah sementara di dunia ini. Cepat atau lambat kita pasti akan berpindah ke kampung akhirat yang abadi.
Catatan pertama, sudah sangat jelas dan tegas Allah SWT menyatakan bahwa tentang kapan waktu terjadinya hari kiamat itu hanyalah Dia saja yang tahu.
Tidak ada satupun manusia yang tahu tentang itu. Termasuk Rasulullah SAW sendiri.
Penegasan Allah SWT yang berulang dua kali dalam satu ayat ini tentang "ilmu" kapan hari kiamat, menunjukkan hal ini tidak dapat ditawar-tawar lagi dengan argumen apapun.
Maka, bila ada manusia yang berani mendefenisikan waktu hari kiamat, atau memprediksikan umur jagad raya ini, sesungguhnya dia telah menyelisihi Al Quran.
Dan dia telah berbicara sesuatu yang tidak dia ilmui. Allah SWT menegur perilaku semacam ini:
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS Al Isra: 36).
Catatan kedua, orang yang memberanikan diri menyebutkan kapan hari kiamat, atau batas waktunya, sesungguhnya dia telah menyelisihi Rasulullah SAW.
Sebab Baginda Nabi dengan statusnya yang ma'shum, selalu bicara berdasarkan wahyu, justru tidak pernah berani mendefenitifkan kapan datangnya hari kiamat.
Paling jauh beliau hanya berani menyebutkan tanda-tandanya saja.
Justru yang menjadi tuntunan Beliau adalah bagaimana kita mempersiapkan diri untuk hari kiamat (akhirat) itu.
Bukan mencari-cari (mencocokkan) kapan hari kiamat.
Anas bin Malik meriwayatkan:
Sesungguhnya ada seorang Arab Badui bertanya kepada Nabi SAW tentang hari kiamat seraya berkata, “Wahai Rasulullah, kapan hari kiamat?”
dalam riwayat yang lain: Maka Rasulullah SAW pun salat, kemudian tatkala beliau selesai dari salatnya Beliau berkata