KORANRB.ID - Untuk sekian kalinya, Bupati Lebong, Kopli Ansori meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bengkulu bersikap lebih sigap dalam mengatasi ancaman bencana di Kabupaten Lebong.
Khususnya ancaman bencana longsor di sepanjang jalan provinsi yang ada wilayah Kabupaten Lebong.
Dalam hal ini jalan lintas segmen Muara Aman-Curup, segmen Muara Aman-Atas Tebing dan segmen Muara Aman-Pinang Belapis yang langganan diterpa bencana longsor.
Soalnya APBD Kabupaten Lebong sangat terbatas sehingga tidak memungkinkan membantu secara total rehabilitasi bencana di jalur yang menjadi tanggung jawab provinsi.
“Tindakan antisipasi yang harus segera dilakukan provinsi adalah dengan membangun pelapis tebing di titik-titik rawan bencana,’’ ujar Kopli.
BACA JUGA:Bila Gusnan Maju Pilgub Bengkulu, 8 Tokoh Ini Berpeluang Bertarung di Pilkada Bengkulu Selatan
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), terdapat 50an titik rawan bencana di sepanjang jalur lintas Lebong-Rejang Lebong dan Lebong-Bengkulu Utara.
Paling banyak di Kecamatan Lebong Selatan dan Rimbo Pengadang yang menjadi satu-satunya pelintasan Kabupaten Lebong menuju Kabupaten Rejang Lebong.
Selama ini, Pemkab Lebong tidak pernah lepas tangan terhadap sejumlah bencana, walaupun terjadi di jalur pelintasan yang statusnya menjadi tanggung jawab Pemprov Bengkulu.
“Ketika terjadi bencana di jalur provinsi, melalui BPBD kami tetap turun ke lokasi melakukan evakuasi darurat,’’ ungkap Kopli.
Namun ia sangat berharap adanya kepedulian dari pemerintah provinsi karena seringkali ketika terjadi bencana di jalur lintas provinsi di wilayah Lebong, penanganan dari provinsi boleh dikatakan sangat lamban.
Di sisi lain, Kopli menilai penanganan bencana di Kabupaten Lebong selama ini masih sangat jauh dari kategori memuaskan.
BACA JUGA:2 Persimpangan di Kota Bengkulu Segera Dipasang Traffic Light
Salah satu penyebabnya juga dipengaruhi tidak adanya data yang akurat mengenai peta wilayah rawan bencana.
Padahal baik longsor maupun banjir, rata-rata terjadi di titik itu-itu saja yang bisa dikatakan menjadi bencana langganan.