KORANRB.ID - Fenomena distro atau distribution outlet merupakan bagian penting dari budaya fashion di Indonesia yang berkembang pesat pada awal tahun 2000-an.
Distro merupakan toko yang menjual produk-produk fashion independen dan lokal.
Seringkali dengan desain yang unik dan terbatas.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, popularitas distro tampaknya menurun.
Distro menjadi platform bagi desainer lokal untuk menampilkan karya mereka.
BACA JUGA:Termasuk Penambangan Ilegal, Berikut Penyebab Terjadi Abrasi Pantai
Dengan menawarkan produk yang berbeda dari brand besar, distro menarik minat konsumen yang mencari keunikan dan eksklusivitas.
Distro erat kaitannya dengan subkultur musik, seni, dan komunitas urban. Produk distro sering kali mencerminkan identitas kelompok-kelompok ini.
Dengan biaya produksi yang lebih rendah dibandingkan brand internasional, distro mampu menawarkan produk dengan harga yang lebih terjangkau tanpa mengorbankan kualitas dan desain.
Distro pertama kali populer di kota-kota besar seperti Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta.
Kota-kota ini menjadi pusat pergerakan fashion independen.
BACA JUGA:Sering Salah Kaprah, Ini Fungsi Lampu Hazard Sebenarnya
Pemasaran yang dilakukan melalui komunitas dan dari mulut ke mulut sangat efektif.
Pengunjung yang puas dengan produk sering kali merekomendasikannya kepada teman dan keluarga.
Namun seiring waktu, dengan kemunculan platform e-commerce seperti Tokopedia, Shopee, dan Bukalapak, konsumen mendapatkan akses mudah ke berbagai produk fashion tanpa harus mengunjungi toko fisik.