Mobil ini dianggap tidak sebanding dengan harapan yang diciptakan oleh kampanye promosi yang masif.
BACA JUGA:Apakah Umat Islam Boleh Memakan daging Monyet? Simak Penjelasannya
Selain itu, kebijakan perlindungan yang diberikan kepada Timor memicu reaksi negatif dari para produsen mobil lain, baik lokal maupun internasional.
Mereka merasa dirugikan oleh kebijakan yang dianggap tidak adil.
Beberapa negara, termasuk Jepang dan Amerika Serikat, mengajukan keluhan kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) atas kebijakan diskriminatif yang diterapkan Indonesia.
Peluncuran Timor terjadi tepat sebelum Krisis Ekonomi Asia 1997, yang memperburuk situasi.
Krisis ini menyebabkan devaluasi besar-besaran mata uang rupiah dan membuat biaya impor komponen menjadi sangat mahal.
BACA JUGA:Anda Sudah 50 Tahun? Jangan Sembarangan Berolahraga, Ini Jenis Olahraga yang Tepat
Selain itu, daya beli masyarakat turun drastis, sehingga permintaan terhadap mobil Timor yang sudah bermasalah dengan harga dan kualitas semakin menurun.
Krisis ini juga menyebabkan ketidakstabilan politik dan ekonomi di Indonesia.
Pada akhirnya, krisis ekonomi berkontribusi signifikan terhadap kejatuhan rezim Soeharto pada tahun 1998.
Dengan jatuhnya Soeharto, dukungan politik dan kebijakan yang diberikan kepada proyek Timor pun berakhir.
Tanpa dukungan ini, proyek Timor tidak lagi memiliki pijakan yang kuat untuk bertahan.
BACA JUGA:Mengenang Honda Win, ‘'Motor Kantoran’' yang Sekarang Diburu Kolektor
Pada akhir 1990-an, proyek Timor resmi dihentikan. PT Timor Putra Nasional dinyatakan bangkrut dan fasilitas produksinya ditutup.
Hal ini menandai akhir dari ambisi besar untuk menciptakan mobil nasional di Indonesia pada era tersebut.