Sedangkan untuk umpan buaya Sungai Selagan agar bisa masuk ke perangkap, telah direncanakan menggunakan itik.
Biasanya, itik ini sangat disenangi buaya baik berjenis kelamin jantan maupun betina.
BACA JUGA:Tak Kunjung Kuorum, Jadwalkan Rapat Internal 3 Pimpinan dan 7 Fraksi DPRD Mukomuko
BACA JUGA:Kelompok Kerja BKR Masuk 3 Besar Nasional, Dinas PMD Verifikasi Desa Lomba Tingkat Provinsi
“Sekai lagi terimakasih kepada DLH Mukomuko yang telah membantu memfasilitasi peminjaman perangkap buaya ini, sebab BKSDA Bengkulu memang belum memiliki perangkap buaya,” sampainya.
Kepala DLH Mukomuko Budi Yanto S.Hut, M.Ikom menjelaskan, BKSDA Bengkulu mengakui tidak memiliki perangkap untuk melakukan evakuasi.
Sehingga belum dilakukan penanganan terhadap buaya yang menghilangkan nyawa pencari lokan.
Maka dari itu karena DLH juga tidak memiliki anggaran namun bisa meminta bantu pihak-pihak perusahaan maka untuk pembuatan perangkap, DLH Mukomuko manyanggupinya.
“Kita cukup prihatin juga di mana masyarakat mendesak, dan pihak lainnya mendesak namun tidak dapat memberi solusi. Maka dari itu kami janjikan bisa menyiapkan perangkaptersebut,” ujarnya.
Perangkap buaya ini sudah sesuai standar yang diminta oleh BKSDA Bengkulu.
Untuk perangkap yang sudah jadi ini dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT SAP, sedangkan untuk dari PT Sapta, PT USM, PT DDP dan PT BMK akhir bulan nanti rampung.
Sedangkan PT Agro Mukomuko dan Grup Utomo tidak bisa membantu menyiapkan perangkap buaya ini.
“Kita bisa pasang 1 perangkap yang sudah jadi tinggal menunggu pihak BKSDA Bengkulu yang memiliki kewenangan,” tutupnya.
Diketahui, konflik buaya dan manusia terjadi di Sungai Selagan Raya Kecamatan Kota Mukomuko yang menyebabkan korban meninggal dunia. Sudah 2 kali memakan korban pada 21 Februari 2022 warga Desa Tanah Rekah Sabri (65) meninggal dunia setelah diterkam buaya saat tengah menyelam mencari lokan.
Atas kejadian tersebut BKSDA Bengkulu pernah memasang perangkap untuk melakukan evakuasi buaya dari Sungai Selagan.
Setelah beberapa tahun tidak memakan korban jiwa pada 15 April 2024 lalu, kembali terjadi konflik antara buaya dan manusia, menyebabkan Ide (26) warga Desa Tanah Harapan pencari lokan di sungai meninggal di tempat.