BACA JUGA:Ini Penyakit yang Kerap Terjadi Pada Handphone dan Cara Mengatasinya
1. Kebutuhan Ekspresi dan Identitas Alternatif
Pada masa Orde Lama, mahasiswa sering kali mencari cara untuk mengekspresikan diri di luar kerangka politik yang ketat.
Dalam lingkungan di mana banyak organisasi mahasiswa terlibat dalam dinamika politik yang intens, Mapala menawarkan alternatif.
Organisasi ini memberikan ruang bagi mahasiswa untuk mengeksplorasi minat mereka di alam bebas, jauh dari ketegangan politik kampus.
2. Pelarian dari Ketegangan Politik
Kegiatan di alam bebas menawarkan pelarian dari ketegangan politik yang ada di kampus.
Pada saat itu, keterlibatan dalam politik bisa membawa risiko, termasuk pengawasan ketat dari pemerintah dan konflik dengan kelompok mahasiswa lainnya.
BACA JUGA:Antrean Mengular di SPBU Bengkulu, Jangan Panik BBM Tersedia, Disuplai dari 3 Wilayah
Kegiatan seperti mendaki gunung dan menjelajah hutan memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk melepaskan diri dari tekanan tersebut dan menikmati kebebasan yang ditawarkan oleh alam.
3. Dukungan dari Institusi Akademis
Banyak universitas mendukung pembentukan organisasi yang mengembangkan kemampuan non-akademis mahasiswa.
Universitas Indonesia, misalnya, melihat potensi positif dari organisasi seperti Mapala dalam membentuk karakter dan keterampilan mahasiswa.
Dukungan institusi ini memfasilitasi berdirinya Mapala dan kegiatan-kegiatannya.
4. Ideologi Nasionalisme dan Kebanggaan Terhadap Alam Indonesia
Soekarno sering kali mempromosikan nasionalisme dan kebanggaan terhadap kekayaan alam Indonesia.