KORANRB.ID - Sejak 1 Mei 2024, pemerintah menetapkan harga beras yang dikelola oleh Badan Urusan Logistik (Bulog) mengalami kenaikan.
Hal ini secara otomatis memberikan dampak yang signifikan terhadap daya beli masyarakat, khususnya di wilayah Kabupaten Rejang Lebong.
Tak hanya kepada masyarakat, kenaikan harga beras yang masuk dalam program Stabilisasi Pasokan Dan Harga Pangan (SPHP) juga berdampak terhadap para pedagang beras di wilayah tersebut.
Diketahui harga beras SPHP saat ini berkisar Rp12.500 per kilogramnya atau naik Rp1.000 dibanding sebelumnya.
Hal ini memaksa para pedagang di beberapa pasar harus menjual beras Bulog tersebut di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET) kepada para pembeli, karena dikhawatirkan masyarakat akan beralih ke beras lokal akibat kenaikan harga beras Bulog ini.
BACA JUGA:Mabit Sebagian Jemaah Haji Indonesia di Muzdalifah Berpotensi Tidak Sah, Ini Penyebabnya
BACA JUGA:Terancam Punah! Berikut 7 Fakta Unik Owa Jawa, Primata Asli dari Pulau Jawa
Eva Kurniawan, seorang pedagang beras di Pasar Atas Curup, mengakui bahwa mereka terpaksa menjual beras Bulog di harga yang lebih rendah, yakni 60.000 per karung kemasan 5 kilogram.
Harga ini lebih rendah dibanding HET yang ditetapkan sebesar 65.000 rupiah per karung.
“Kenaikan harga ini telah merusak daya beli masyarakat, karena saat ini banyak masyarakat yang memilih kembali ke beras lokal yang harganya tak jauh beda dengan beras Bulog. Dan kalau kami tidak menurunkan harga, maka stok beras Bulog yang ada pada kami tidak akan laku,” ungkap Eva.
Menurut Eva, penjualan beras Bulog menjadi sulit, dengan stok yang tidak habis terjual bahkan dalam satu minggu.
Sebelumnya, stok sebanyak 2 ton bisa habis terjual dalam waktu yang sama.
BACA JUGA:Gubernur Bengkulu Berikan Bantuan Kepada Pensiunan Pemprov yang Tertimpa Musibah Kebakaran
BACA JUGA:Bingung Pilih Model Rumah? Berikut 5 Model Rumah Kekinian 2024
“Biasanya dalam seminggu kami bisa menghabiskan sebanyak 2 ton beras Bulog, namun saat ini 1,5 ton saja sulit untuk menghabiskannya karena banyak masyarakat memilih membeli beras lokal,” keluh Eva.