Kondisi ini terutama disebabkan oleh angin muson yang membawa uap air dari Teluk Benggala dan bertabrakan dengan pegunungan Khasi, menyebabkan hujan deras yang berlangsung hampir sepanjang tahun.
Curah hujan di Mawsynram sangat dipengaruhi oleh musim muson. Muson barat daya yang terjadi antara bulan Juni dan September membawa hujan lebat ke wilayah tersebut.
BACA JUGA:Jumlah Hewan Kurban di Kota Bengkulu Meningkat
BACA JUGA:Waspada Terpapar Judi Online, Hp Personel Polisi di Bengkulu Utara Diperiksa
Angin muson yang bertiup dari arah barat daya membawa uap air dalam jumlah besar dari Samudra Hindia dan Teluk Benggala.
Ketika angin ini mencapai dataran tinggi Khasi, uap air tersebut terangkat dan mendingin, menghasilkan presipitasi yang luar biasa.
Curah hujan yang ekstrem ini memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan dan kehidupan sehari-hari penduduk Mawsynram.
Tanah yang subur di daerah ini mendukung pertumbuhan vegetasi yang lebat, menjadikan wilayah ini sangat hijau dan kaya akan keanekaragaman hayati.
Namun, hujan yang hampir terus-menerus juga menimbulkan tantangan, seperti banjir, tanah longsor, dan masalah infrastruktur.
BACA JUGA:Jemaah Haji Bengkulu Mulai Lempar Jumrah
Masyarakat Mawsynram telah beradaptasi dengan kondisi cuaca ekstrem ini dengan berbagai cara.
Mereka menggunakan daun pisang atau jerami untuk melapisi atap rumah mereka agar air hujan tidak merembes.
Jalan-jalan dan infrastruktur lainnya seringkali dirancang untuk mengalirkan air hujan dengan cepat guna mencegah banjir lokal.
Selain itu, penduduk juga memanfaatkan air hujan untuk keperluan sehari-hari karena pasokan air bersih yang konsisten.
BACA JUGA:Penataan Kawasan Wisata DDTS Dilelang Oktober 2024