MUKOMUKO, KORANRB.ID – Sudah hampir satu Minggu terakhir beberapa wilayah di Kabupaten Mukomuko kerap diselimuti kabut asap. Tak hanya pagi tetapi juga malam hari.
Kabut tersebut memiliki aroma yang menyengat hidung layaknya bau asap hasil pembakaran. Tidak seperti kabut di waktu cuaca dingin.
Selain itu juga kabut tersebut apabila terkena mata teras perih. Terlebih saat melintas menggunakan kendaraan roda dua.
“Sudah ada hampir 1 minggu setiap pagi dan malam hari Kota Mukomuko ini diselimuti kabut yang menurut kami itu asap. Sebab kalau kabut embun sejuk dan ada kandung air. Ini bikin sesak napas kalau kita menghirupnya,” kata Septa, warga Kelurahan Bandar Ratu Kecamatan Kota Mukomuko.
BACA JUGA:Tunggakan di BPJS Mandiri Capai Rp25 Miliar, Ini Rincian Setiap Kelas Perawatan
BACA JUGA:4 Bacalon Bupati Mukomuko Optimis Maju
Intensitas turunnya kabut yang terjadi di sebagian besar wilayah Kota Mukomuko, antara pukul 20.00 WIB hingga pukul 02.00 WIB. Kemudian kembali terjadi kabut dari pukul 05.00 WIB hingga pukul 08.00 WIB.
Jika di waktu tersebut, warga tidak bisa beraktivitas duduk di depan rumah ataupun berkendara menggunakan kendaraan roda 2.
“Biasanya kami bisa duduk di depan rumah, atau pagi-pagi pergi antar anak sekolah tanpa masker. Saat ini tidak sanggup karena aroma kabut ini seperti tanah yang terbakar bikin perih dan sesak,” sampainya.
Hal yang sama diakui Sino Malvin warga Kecamatan Air Manjunto. Diceritakannya setiap malam dan pagi hari kabut pekat sangat mengangu warga untuk beraktivitas. Terlebih saat melintasi kawasan jalan lintas Danau Nibung yang memang banyak terdapat lahan gambut. Kabut sangat tebal diwilayah tersebut.
“Kalau menggangu sudah pasti. Aromanya seperti asap kebaran lahan gambut. Tapi sejauh ini kami belum dapat kabar ada lahan terbakar, baik dari Pemdes ataupun dari sesama warga,” ujarnya.
Terpisah, Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mukomuko, Ruri Irwandi ST, MT memastikan, hingga saat ini belum ada informasi atau laporan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Mukomuko.
Kemungkinan besar kabut tebal yang kerap menyelimuti berbagai wilayah di Mukomuko berasal dari uap air yang mengalami proses pencairan namun terperangkap di udara.
Dimana hal ini sering terjadi ketika musim kemarau atau tidak turun hujan seperti saat ini.
BACA JUGA:Membangun Kesejahteraan Masyarakat Melalui Program TMMD