Beruntung dalam 40 kasus ini tidak ada yang sampai merenggut korban jiwa.
Hanya saja untuk stok vaksin, sampai dengan saat juga terus berkurang karena satu kali penyuntikan vaksin anti rabies itu harus dilakukan secara 3 tahap.
"Untuk vaksin stok terus berkurang, kita akan ajukan lagi," ungkap Benni.
Atas kejadian ini, Benni mengimbau agar masyarakat yang mempunyai hewan peliharaan seperti anjing dan kucing agar lebih memberikan perhatian lagi.
BACA JUGA:Pembayaran TPP Juni dan Juli, Tunggu SE Sekda
Karena rata-rata kasus GHPR terjadi karena gigitan hewan peliharaan.
"Untuk yang punya hewan peliharaan di jaga, jangan di lepasliarkan," imbaunya.
Sementara itu, di tahun 2023 ada sebanyak 75 orang terkena GHPR.
Jumlah ini cukup banyak, paling banyak kasus diakibatkan oleh hewan peliharaan sendiri seperti anjing dan kucing.
BACA JUGA:Perbaikan Infrastruktur Rusak di Kabupaten Ini Akibat Bencana Alam Butuh Rp47 Miliar
Pantauan 2023 hampir dari 50 persen kejadian ini terjadi di Kecamatan Tanjung Kemuning dan Kecamatan Kaur Tengah yang masih memegang kasus GHPR tertinggi se-Kabupaten Kaur.
Bahkan, dua Kecamatan tersebut mendapat julukan Rabies Center, karena setiap tahunnya pasti ada kasus GHPR di dua kecamatan tersebut.
Banyaknya warga yang hobi berburu dan memelihara anjing masih menjadi faktor utama tingginya kasus GHPR di dua kecamatan tersebut.
Beruntung meskipun kasus GHPR yang terjadi cukup tinggi tidak ada yang sampai menyebabkan kematian.
BACA JUGA:Jalan Santai HUT ke 70 Agung Concern Pecahkan Rekor MURI, Hadiah Mobil Diterima Buruh Harian Lepas
Penanganan cepat di setiap Puskesmas menjadi salah satu kunci, virus rabies tidak sempat menyebar ke tubuh orang yang tergigit.