b. Memento Mori: Mengingat Kematian
Salah satu konsep penting dalam Stoikisme adalah *Memento Mori*, yang berarti "ingatlah bahwa kamu akan mati."
Meskipun terdengar suram, tujuan dari konsep ini adalah untuk mengingatkan kita bahwa hidup ini singkat dan tidak ada yang pasti.
Dengan memahami dan menerima kematian sebagai bagian dari kehidupan, kita diharapkan untuk lebih menghargai setiap momen yang kita miliki dan tidak membuang waktu pada hal-hal yang tidak penting.
Filosofi ini memotivasi kita untuk menjalani hidup dengan sepenuhnya dan fokus pada apa yang benar-benar berarti.
c. Negative Visualization: Mempersiapkan Diri untuk Kemungkinan Terburuk
Stoikisme juga mengajarkan praktik yang disebut Negative Visualization, yaitu secara sadar membayangkan skenario terburuk yang bisa terjadi dalam hidup kita.
BACA JUGA:Nyamannya Nongkrong di Kedai Bukomi, Disediakan Perpustakaan Bagi yang Suka Literasi
BACA JUGA:Punya Ingatan Luar Biasa! Berikut 5 Fakta Unik Tupai
Ini bukan untuk menimbulkan kecemasan, melainkan untuk mempersiapkan diri secara mental menghadapi kemungkinan-kemungkinan buruk yang mungkin terjadi.
Dengan membayangkan hasil terburuk, kita bisa menjadi lebih tenang saat menghadapi kenyataan, karena kita telah siap menghadapinya.
d. Mengendalikan Emosi
Salah satu kontribusi Stoikisme yang paling berguna adalah kemampuannya dalam mengendalikan emosi. Filsuf Stoik percaya bahwa emosi seperti kemarahan, kecemburuan, dan kesedihan berasal dari penilaian kita yang keliru terhadap situasi.
Jika kita memandang dunia secara rasional dan menerima bahwa hal-hal di luar kendali kita bukanlah sumber kebahagiaan atau penderitaan, maka kita dapat mengendalikan emosi kita.
Stoikisme mendorong keseimbangan emosional dengan menjaga jarak dari reaksi berlebihan dan menjaga ketenangan bahkan dalam situasi yang sulit.
Penerapan Stoikisme