KORANRB.ID - Reframing adalah teknik psikologis yang melibatkan perubahan cara kita memandang atau menafsirkan situasi tertentu.
Dalam konteks penolakan, reframing digunakan untuk mengubah cara kita melihat respons negatif, seperti "tidak", menjadi sesuatu yang lebih positif atau dapat diterima.
Dengan teknik ini, kita bisa mengubah tantangan menjadi peluang, dan penolakan menjadi langkah menuju persetujuan.
Secara sederhana, reframing adalah mengubah perspektif atau sudut pandang seseorang terhadap suatu masalah atau situasi.
BACA JUGA:Cangkang Keras Milik Siput Ternyata Dibentuk Secara Alami, Begini Prosesnya
Seperti halnya kita melihat gambar dari bingkai yang berbeda, reframing membantu kita melihat situasi dari sudut pandang lain, yang sering kali lebih positif atau konstruktif.
Teknik ini digunakan secara luas dalam terapi kognitif, komunikasi, negosiasi, dan bahkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengatasi tantangan dan permasalahan.
Ketika kita menghadapi penolakan, reaksi pertama kita sering kali adalah merasa kecewa, marah, atau frustrasi.
Namun, melalui reframing, kita bisa mengubah penolakan tersebut menjadi pembelajaran, peluang, atau tantangan yang dapat diatasi.
BACA JUGA:Beasiswa PIP Termin 3 Cair Oktober 2024 Sampai Rp1,8 Juta, Cek dengan NISP
Alih-alih melihat "tidak" sebagai akhir dari suatu usaha, reframing memungkinkan kita untuk melihatnya sebagai langkah menuju "ya."
Untuk mengubah penolakan menjadi persetujuan, ada beberapa langkah reframing yang bisa diikuti:
1. Pahami Alasan Penolakan
Langkah pertama dalam proses reframing adalah memahami mengapa penolakan terjadi.
BACA JUGA:Begini Cara Merawat Printer Agar Tidak Mudah Rusak