Namun, meskipun ia menunjukkan bakat alami, Bolt sering kali terganggu oleh cedera, terutama pada awal kariernya.
Cedera hamstring yang kambuhan membuatnya beberapa kali absen dari kompetisi besar, termasuk di Olimpiade Athena 2004.
BACA JUGA:PSSI Perintahkan Pemain Tetap Fokus, Laga Timnas Vs Bahrain FIFA Sebut Begini
BACA JUGA:Mengenal Skeleton: Olahraga Musim Dingin yang Populer
Prestasi
Setelah berjuang mengatasi cedera, Bolt mengalami transformasi signifikan ketika mulai dilatih oleh Glen Mills, seorang pelatih yang memiliki pengaruh besar dalam kariernya.
Mills membantu Bolt membangun kekuatan mental dan fisik untuk menghadapi tekanan di ajang internasional.
Di bawah bimbingan Glen Mills, Bolt mulai menunjukkan performa luar biasa yang akhirnya memecahkan rekor-rekor dunia.
Terobosan besar Bolt terjadi di Olimpiade Beijing 2008, di mana ia mengejutkan dunia dengan memenangkan medali emas di nomor 100 meter, 200 meter, dan estafet 4x100 meter.
Pada saat itu, Bolt juga memecahkan rekor dunia dengan waktu 9,69 detik di nomor 100 meter, meskipun ia melambat di 10 meter terakhir untuk merayakan kemenangannya.
Aksi ini langsung menjadikannya sorotan dunia, di mana kepribadiannya yang santai dan penuh percaya diri membuatnya disukai banyak orang.
Bolt melanjutkan dominasinya di Kejuaraan Dunia 2009 di Berlin, di mana ia memecahkan dua rekor dunia: 9,58 detik di nomor 100 meter dan 19,19 detik di nomor 200 meter.
Hingga kini, rekor ini masih bertahan dan belum ada pelari yang mampu mendekati catatan waktu tersebut.
Kecepatan yang ia tunjukkan membuat dunia terpesona, dan ia mendapatkan julukan “Lightning Bolt” sebagai simbol kecepatan luar biasa yang dimilikinya.
Stamina Fisik yang Mumpuni
Salah satu aspek yang membuat Usain Bolt begitu dominan adalah postur tubuhnya yang tidak biasa untuk seorang sprinter.