“Tidak ada kendala lagi, kemarin sudah masuk koral dan pasir,” katanya.
Diberitakan sebelumnya, proses pembangunan terbengkalai, penerima bantuan perbaikan RTLH merintih tidak ada tempat tinggal, akibat penyaluran material terhenti.
BACA JUGA:Bapenda Segera Pasang 50 Tapping Box
BACA JUGA:Pengerukan Alur Pelabuhan, BPKP Dilibatkan Tahap Pertama
Dari penelusuran RB, 16 Oktober 2024 pagi, di kediaman Gustinawati salah satu penerima bantuan perbaikan RTLH, yang berada di Jalan Flamboyan 17, RT 20, RW 06, Kelurahan Kebun Kenanga, Kecamatan Ratu Agung, terlihat kondisi bangunan yang proses pengerjaanya diperkirakan baru 50 persen saja.
Terlihat juga tidak ada aktivitas pengerjaan yang dilakukan terhadap bangunan yang belum memiliki atap dan lantai tersebut.
Gustinawati mengatakan kondisi penghentian proses pengerjaan perbaikan rumahnya ini sudah berlangsung 1 minggu.
Hal tersebut terjadi akibat tidak adanya bahan material yang bisa digunakan untuk proses pengerjaan.
“Seharusnya kalau bahannya sudah sampai semua, sudah selesai,” ungkap Gustinawati.
Hal tersebut juga menggangu aktivitas kehidupannya sehari-hari yang mana belum adanya atap tersebut mengakibatkan ia bersama keluarganya harus mendiami kamar darurat yang disiapkan untuk sementara proses pengerjaan selesai.
Selain itu, aktivitas anaknya untuk pergi sekolah terganggu lantaran semua pakaian telah dikemas kedalam karung penyimpan sementara.
“Ya kadang tidak sekolah, baju didalam karung semua,” jelas Gustinawati.
Hal yang sama juga dialami Emi Sulastri warga kelurahan Sawah Lebar, Merawan 13. yang juga salah satu penerima bantuan perbaikan RTLH dari Pemerintah Kota (Pemkot) Bengkulu.
Emi mengatakan kondisi bangunan rumahnya yang saat ini mangkrak akibat kurangnya bahan material bangunan.
Dan ia mengeluhkan kondisi yang terjadi lantaran rumahnya yang dibongkar habis membuatnya tidak bisa mendiami bangunan tersebut.
“Kemarin saya tinggal di kontrakan, sekarangan kontrakan itu mau digunakan orangnya, sedangkan rumah saya belum selesai,” kata Emi.