Oleh karena itu, mereka ingin memastikan bahwa semua aspek dari pernikahan tersebut berjalan lancar dan tanpa hambatan.
Dalam pandangan ini, memilih bulan yang dianggap kurang baik, seperti bulan Suro, untuk melangsungkan pernikahan bisa menandakan kurangnya keberuntungan atau bahkan malapetaka di masa depan.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman, tidak sedikit pula orang yang tidak lagi mempercayai mitos ini.
Mereka berpendapat bahwa pernikahan seharusnya tidak dipengaruhi oleh takhayul atau kepercayaan yang tidak rasional.
BACA JUGA:Mitos Kejatuhan Cicak Akan Mengalami Nasib Sial, Ini Penjelasannya
BACA JUGA:Mitos Cermin Pecah Menandakan akan Ada Musibah? Ini Penjelasannya
Dalam konteks ini, pemilihan tanggal pernikahan lebih sering didasarkan pada faktor praktis, seperti ketersediaan waktu bagi keluarga, kesiapan pasangan, atau kesesuaian dengan perencanaan hidup mereka.
Tentu saja, pandangan tentang larangan menikah di bulan Suro sangat bervariasi antara individu dan komunitas.
Sebagian orang Jawa yang taat pada tradisi tetap mematuhi larangan ini sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur dan nilai-nilai budaya yang telah ada turun-temurun.
Sementara itu, generasi muda cenderung lebih fleksibel dan rasional dalam menghadapi mitos ini.
Mereka mungkin merasa bahwa takhayul tidak lagi relevan dalam kehidupan modern yang lebih mengutamakan aspek praktis dan personal.
Secara lebih luas, bulan Suro juga memiliki makna khusus dalam tradisi Jawa sebagai bulan yang dipenuhi dengan refleksi spiritual.
Banyak orang Jawa yang menganggap bulan ini sebagai waktu yang tepat untuk melakukan introspeksi diri, berdoa, dan memperbaiki hubungan dengan Tuhan dan sesama.
BACA JUGA:Mitos Membuka Payung Dalam Rumah Bisa Membuat Sial, Ini Penjelasannya
BACA JUGA:Punya Kekuatan Magis! Berikut 5 Mitos Siluman Rubah di Berbagai Negara
Pada bulan ini, beberapa kegiatan ritual atau upacara adat sering dilakukan, seperti ruwatan atau selametan untuk menghindari malapetaka.