KORANRB.ID – Memasuki periode akhir tahun, pergerakan inflasi mengalami peningkatan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kenaikan harga barang dan jasa pada November mencapai 0,38 persen. Jumlah itu meningkat jika dibandingkan Oktober yang mencapai 0,17 persen.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh. Edy Mahmud menjelaskan, secara tahunan, inflasi mencapai 2,86 persen. Sementara itu, inflasi tahun kalender mencapai 2,19 persen. Kelompok pengeluaran penyumbang inflasi terbesar pada November adalah makanan, minuman, dan tembakau. Dengan inflasi 1,23 persen dan andil inflasi 0,32 persen.
BACA JUGA:Perkuat Pupuk Indonesia Produsen Terbesar di Asia
’’Komoditas penyumbang utama inflasi adalah cabai merah (andil 0,16 persen), cabai rawit (0,08 persen), bawang merah (0,03 persen), beras (0,02 persen), dan gula pasir serta telur ayam ras dengan andil inflasi masing-masing 0,01 persen,’’ ujarnya pada konferensi pers di Jakarta kemarin (1/12).
Selain itu, terdapat komoditas di luar kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang memberikan andil yang cukup signifikan secara bulanan. Yakni, tarif angkutan udara, emas perhiasan, dan tarif air minum. Yang memberikan dorongan deflasi adalah bensin, ikan segar, serta daging ayam ras.
Dari wilayahnya, 79 kota mengalami inflasi dan 11 kota mengalami deflasi. Dari 79 kota itu, ada 36 kota yang indeks harga konsumen (IHK)-nya lebih tinggi dari inflasi nasional.
Edy melanjutkan, inflasi November 2023 utamanya disebabkan oleh beberapa komoditas hortikultura seperti cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah. Ketiganya menyumbang andil inflasi 0,27 persen. ’’Tingkat inflasi tiga komoditas itu relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan bulan yang sama di dua tahun sebelumnya,’’ imbuh dia.
BACA JUGA:BPIH Rp 93,4 Juta, Jamaah Bayar Rp 56 Juta, Skema Biaya Haji Bisa Dicicil
Khusus untuk beras, Edy menyebut meski tetap menyumbang inflasi, tekanannya semakin lemah. Pada November 2023, beras mengalami inflasi dengan tekanan yang terus melemah, yaitu 0,43 persen.
Sementara itu, Kepala BPS Jatim Zulkipli mengatakan, inflasi Jawa Timur pada November mencapai 0,31 persen. ’’Secara bulanan, pendorong terbesar memang sektor makanan, minuman, dan tembakau yang naik 1,09 persen MtM (month-to-month). Terutama komoditas cabai rawit yang harganya naik 68,02 persen secara MtM,’’ tuturnya. (dee/bil/c6/dio)