KORANRB.ID - Euro-Mediterranean Human Rights Monitor mengunggah foto-foto penduduk Gaza yang ditahan Pasukan Pertahanan Israel (IDF). Foto yang beredar luas di media sosial itu menunjukkan para pria yang bajunya dilucuti dan hanya memakai celana dalam.
Tangan mereka diikat ke belakang dan matanya ditutup. Ada yang dikumpulkan di jalanan, di tanah lapang, dan juga di dalam mobil militer.
”Euro-Med Monitor menerima laporan bahwa pasukan Israel melancarkan kampanye penangkapan secara acak dan sewenang-wenang terhadap para pengungsi, termasuk dokter, akademisi, jurnalis, dan pria lanjut usia,” bunyi pernyataan lembaga HAM yang berbasis di Jenewa, Swiss.
BACA JUGA:Imbauan! Dewan Pers Ajak Komunitas Pers Kritisi UU ITE
Media Israel menggambarkan foto-foto tersebut sebagai penyerahan diri anggota Hamas. Hal itu dikuatkan dengan pernyataan Juru Bicara IDF Laksamana Muda Daniel Hagari yang mengklaim bahwa itu adalah anggota Hamas.
Namun kenyataannya, banyak penduduk yang mengidentifikasi orang-orang yang ditangkap itu sebagai keluarga mereka. Mereka tidak ada hubungannya dengan Hamas.
Media Al-Araby Al-Jadeed yang berbasis di London mengungkapkan bahwa jurnalis dan direktur di kantor mereka di Gaza ikut ditangkap beserta keluarganya. Salah satunya adalah jurnalis Diaa Al-Kahlot yang hingga Jumat (8/12) masih dinyatakan hilang.
BACA JUGA:Kesemek, Buah Langka Kaya Gizi dan Vitamin, Bikin Awet Muda
Al Jazeera mengungkap bahwa sebagian kecil dari orang-orang yang ditawan di medan perang ini sudah dibebaskan. Mereka mengaku berlindung di sekolah-sekolah milik PBB ketika pasukan IDF datang dan menangkapi penduduk. Beberapa warga yang masih ditahan mungkin diinterogasi oleh tentara Israel dan juga badan intelijen mereka, Shin Bet.
Situasi di Jalur Gaza kian mengenaskan. Jumlah korban jiwa dan para pengungsi saat ini bahkan melampaui tragedi Nakba 1948. Saat Nakba, 700 ribu penduduk Palestina terusir dari tanah kelahirannya oleh Israel dan 15 ribu orang meninggal dunia. Mereka yang kehilangan tempat tinggal ini tersebar di Gaza, Tepi Barat, Jordania, Lebanon, dan Syria.
Korban serangan IDF di Jalur Gaza saat ini sudah mencapai 17.177 orang, 7.112 di antaranya anak-anak. Korban tewas di Tepi Barat 266 orang. Mereka yang kini kehilangan tempat tinggal dan jadi pengungsi internal mencapai 1,8 juta orang.
BACA JUGA:7 Korban Meninggal Dunia, Sopir Tronton Maut Masih Berstatus Saksi
Dewan Keamanan (DK) PBB Jumat bertemu. Agendanya membahas dan melakukan pemungutan suara terkait gencatan senjata di Gaza. Uni Emirat Arab (UEA) telah menyiapkan rancangan resolusi untuk pemungutan suara.
Untuk meloloskan resolusi tersebut, ia memerlukan setidaknya sembilan suara setuju dan tidak ada veto dari Amerika Serikat (AS), Rusia, Tiongkok, Prancis, atau Inggris. Lima negara terakhir adalah anggota tetap DK PBB yang memiliki hak istimewa untuk memveto keputusan. Selama ini AS kerap menggunakan hak tersebut untuk melindungi Israel.
Voting ini merupakan respons setelah Sekjen PBB Antonio Guterres memutuskan mengaktifkan Pasal 99 Piagam PBB. Ini kali pertama pasal itu dipakai dalam beberapa dekade. Hal tersebut menunjukkan begitu parahnya situasi di Gaza.