Debat Keempat, Ini yang Ditawarkan Ganjar-Mahfud

Jumat 12 Jan 2024 - 23:18 WIB
Reporter : jawapos
Editor : tim

"Kalau kita mau gunakan bioenergi, kita harus betul-betul perhitungkan berapa yang digunakan. Jangan sampai kita buka hutan industri untuk biofuel ini secara besar-besaran. Kalau mau buka HTI (dihitung) berapa banyak, dampaknya seperti apa, keberlanjutannya harus dipikirkan," katanya.

BACA JUGA:Awal 2024, Google Lakukan PHK Massal

Dalam kesempatan tersebut, Direktur Eksekutif Traction Energy Asia, Tommy Pratama mendorong agar upaya transisi dari energi fosil ke energi rendah karbon dilakukan segera. Sebab, krisis iklim yang terjadi saat ini bisa menjadi krisis eksistensi manusia dan mengancam kedaulatan negara.

"Karena dengan krisis iklim yang terjadi ini, maka permukaan air laut semakin tinggi, pulau-pulau kita akan banyak yang tenggelam, garis pantai mundur, dan berbagai macam penyakit bisa timbul," jelasnya.

Tommy menyampaikan bahwa potensi energi bersih di Indonesia, berdasarkan data Dewan Energi Nasional, mencapai 3.687,4 GW. Itu terdiri dari energi surya 3.294,4 GW, angin 155 GW, hidro 95 GW, arus laut 63 GW, bioenergi 57 GW, dan panas bumi 23 GW.

Namun, pemanfaatan energi bersih ini baru sebesar 12,6 GW atau 0,3 persen. "Indonesia dengan kekayaan alam, hutan alam yang masih tersisa, sumber energi bersih, Indonesia bisa menjadi pelopor transisi energi dan upaya untuk mengurangi gas rumah kaca," tuturnya.

Wilayah-wilayah potensial pengembangan energi bersih tersebut, adalah sebagai berikut: surya (NTT, Riau, Sumatera Selatan); angin (Maluku dan Papua); hidro (Papua dan Kalimantan Utara); arus laut (Bali, Maluku, NTB); bioenergi (Riau dan Jawa Barat); serta panas bumi (Jawa Barat, Sumatera Utara, dan Lampung).(jp)

 

Kategori :