Oleh karena desa tersebut tidak bisa dilihat dari ketinggian, walaupun menggunakan teropong, maka hal inilah yang menyulitkan para penjajah Belanda, untuk menemukan lokasi tepatnya keberadaan desa tersebut.
BACA JUGA:Berikut 7 Trik Supaya Mobil Kamu Irit BBM, Nomor 7 Paling Sering Dilupakan
BACA JUGA:Penghuni Tanah Papua dan Tradisi Uniknya Suku Dani, Suku yang Suka Berperang
2. Bambu Aur (Buluh Aur)
Bambu Aur “buluh” aur dalam bahasa pasemah, merupakan tumbuhan berbunga menahun yang berwarna hijau abadi dari subfamili “Bambusoideae” dan termasuk kedalam famili Poaceae.
Selain itu bambu (buluh) aur dikenal juga dengan istilah preng atau pring dalam bahasa Jawa, awi atau tamiang atau haur atau aur atau suluh dalam bahasa Sunda, dalam bahas Badui disebut, dalam bahasa Ternate disebut tabatiko, serta dalam bahasa Ambon disebut ute.
BACA JUGA:Paman Mesum di Kepahiang Jalani Sidang Perdana, PH Korban Bilang Ada yang Janggal
BACA JUGA:Suku Amungme Papua yang Terasing dari Tanahnya Sendiri, Begini Penjelasannya
Bambu adalah salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat.
Hal ini dikarenakan mempunyai sistem rhizoma dependen unik, dimana dalam sehari bambu dapat tumbuh sepanjang 60 cm bahkan lebih, tergantung pada kondisi tanah dan klimatologi tempat ia ditanam tersebut.
Dengan adanya bambu aur (buluh aur) inilah yang memunculkan mitos, jika bambu tersebut telah memagari secara gaib Desa Lawang Agung.
BACA JUGA:Danau Tes, Dibalik Pesonanya yang Memukau Tersimpan Mitos Keberadaan Ular Kepala Tujuh
BACA JUGA:Sejarah dan Tradisi Suku Asmat, Punya Seni Mengukir yang Handal
Dimana pada masa itu penjajah Belanda, ingin mendatangi Desa Lawang Agung.
Namun demikian, setelah dicari berdasarkan titik koordinat yang telah didapat, desa tersebut tetap tidak bisa ditemukan keberadaannya.
"Desa Lawang Agung, tidak dapat ditemukan oleh penjajah karena sekeliling desa yang berbatasan dengan sungai Air Keruh (ayek kegho) ditanami dengan buluh Aur (bambu Aur) ", ungkap Matsah, yang merupakan salah satu sesepuh desa tersebut.