Kekurangan unsur hara magnesium daun tua berwarna hijau kekuningan pada sisa yang terkena sinar matahari.
Penyakit ini dipengaruhi oleh ketidakcukupan magnesium yang diterima batang.
Atau setidaknya ketidakseimbangan antara Magnesium dengan kation lainnya seperti unsur K, NH4 dan Ca.
Selain itu kandungan tanah yang berkapur dan kaliam yang tinggi.
Penyakit ini juga mengurangi jumlah produksi tanaman kelapa sawit yang bisa sangat merugikan petani.
BACA JUGA:Pemiliki Ram TBS Lengkapi Legalitas, Berikut Ini Daftar Harga Sawit di PKS
Dari temuan tersebut, Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan memberikan beberapa rekomendai untuk penyehatan perkebunan kelapa sawit yang terserang tersebut antara lain
a. Pemberian pupuk magnesium atau kieserit dengan dosis 1 Kg untuk setiap tanaman setiap tahun atau 0,5 Kg tanaman setiap bulan.
b. Pemberian kapur untuk meningkatkan PH tanah sehingga bisa melawan penyakit tanaman
c. pemberian 300 kg janjang kosong atau jangkos pada setiap batang tanaman dengan posisi melingkar di setiap batang tanaman
d. Penambahan bahan organik pada tanah mineral dangkal, berpasir, dan tanah dengan erosi tinggi.
BACA JUGA:Kejari Pastikan Usut Tuntas Dugaan Korupsi Replanting Sawit 304 Hektare Senilai Rp 9,1 M
Itulah hasil rekomendasi dari BBPPTP Medan atas beberapa titik perkebunan kelapa sawit di Bengkulu Utara.
Hal ii menyebabkan terjadinya penurunan jumlah produksi tandan buah segar kelapa saiwt di Bengkulu Utara.
Menurunnya jumlah produksi kelapa sawit akibat penyakit ini terjadi diperkirakan banyak pengaruhnya akibat fenomena El Nino.
Meskipun saat ini cuaca sudah kembali normal bahkan terjadi kecenderungan memasuki musim hujan, namun kondisi itu tidak serta merta membuat kondisi perkebunan kelapa sawit di Bengkulu Utara pulih.