BENGKULU, KORANRB.ID- Berinvestasi dalam emas bisa menjadi pilihan yang menggiurkan, terutama di tengah masa resesi.
Emas sering dianggap sebagai aset yang aman dan stabil, dan nilainya cenderung naik saat ekonomi sedang tidak stabil atau dalam kondisi resesi.
BACA JUGA:Selain Menangkal Radikal Bebas, Ini 13 Manfaat Daun Kelor untuk Kesehatan
Namun, perlu diingat bahwa seperti semua investasi, berinvestasi dalam emas juga memiliki risikonya sendiri.
Emas dikenal sebagai logam mulia yang memiliki nilai yang relatif stabil dibandingkan dengan mata uang fiat (uang kertas) yang dapat mengalami fluktuasi.
BACA JUGA:Berikan Pelayanan Kesehatan, Dinkes Siaga di Pospam Nala
Harga emas cenderung tahan terhadap inflasi dan gejolak ekonomi, sehingga menjadikannya sebagai aset yang aman untuk investasi jangka panjang.
Emas sering digunakan sebagai lindung nilai (hedge) terhadap risiko inflasi dan ketidakpastian ekonomi.
Ketika nilai mata uang melemah, harga emas biasanya akan naik, sehingga dapat melindungi daya beli investor.
BACA JUGA:Selain Menurunkan Risiko Kanker, Ini 7 Manfaat Kembang Kol bagi Kesehatan Tubuh
Emas dapat menjadi alat diversifikasi dalam portofolio investasi, karena pergerakannya yang cenderung berbeda dengan aset lain seperti saham atau obligasi.
Dengan menambahkan emas dalam portofolio, investor dapat mengurangi risiko keseluruhan portofolionya.
Emas dapat menjadi bentuk investasi jangka panjang untuk menjamin masa depan, seperti untuk persiapan pensiun atau warisan.
BACA JUGA:Pelayanan Kesehatan Selama Lebaran, Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah: Kita Minta Tetap Aktif
Selain itu, emas dapat disimpan secara fisik atau dalam bentuk instrumen investasi emas lainnya, seperti emas batangan atau reksa dana emas.