Penyalahgunaan Manajemen Konflik Dalam Organisasi Bisa Sebabkan Perpecahan, Ini Penjelasannya
RAPAT: Pertemuan dengan rekan kerja atau pimpinan untuk membahas sesuatu merupakan bagian dari rutinitas organisasi-foto: pixabay.com/koranrb.id-
KORANRB.ID – Baik di organisasi, lingkungan kerja dan lingkungan masyarakat penerapan manajemen konflik kerap digunakan tanpa disadari.
Meskipun manajemen konflik dapat menyelesaikan permasalahan dengan mengurangi dampak, namun anda harus tetap waspada akan individu yang kerap memutar balikkan fakta.
Perlu diketahui bahwa manajemen konflik merupakan proses mengelola konflik secara efektif agar tidak mengganggu hubungan antar individu atau kelompok, serta meminimalkan dampak negatifnya.
Hal ini melibatkan pemahaman mendalam tentang sumber konflik, teknik komunikasi yang efektif, dan kemampuan untuk menciptakan solusi nantinya yang memuaskan.
Namun perlu diingat, manajemen konflik tidak selalu berarti bisa menghilangkan konflik yang sengaja diciptakan, jika anda tidak memahami konsep dasar sepenuhnya.
BACA JUGA:Pernah Jadi Perusahaan Terbesar di Masanya, VOC Ambruk Karena Korupsi dan Manajemen Buruk
Sehingga akan berdampak pada perpecahana berkelanjutan.
Kegagalan dalam penggunaan manajemen konflik terjadi ketika teknik atau prinsip-prinsip manajemen konflik digunakan secara tidak etis atau tidak sejalan dengan tujuan utama.
Seperti Penggunaan teknik manajemen konflik untuk mengendalikan atau memanipulasi situasi demi keuntungan pribadi atau kelompok tertentu, tanpa memperhatikan kebutuhan atau kepentingan pihak lain.
Selanjutnya menggunakan pendekatan yang tidak langsung atau pasif-agresif dalam manajemen konflik.
Seperti memberikan sindiran atau menahan informasi penting, yang dapat memperburuk situasi konflik dari pada mengatasinya.
Tidak adanya upaya memberikan informasi atau memberikan informasi yang salah dalam upaya untuk menghindari atau mengubah hasil dari konflik, dapat menghambat proses penyelesaian konflik yang sehat dan adil oleh seseorang yang memainkan konflik.
Selain itu adanya penggunaan kekuatan atau otoritas untuk mendominasi atau menekan pihak lain dalam konflik, dari pada berusaha mencapai solusi yang memuaskan semua pihak yang terlibat.